22-Sepiring cilok rasa rindu

608 47 0
                                    

•••Kalau aku sudah jatuh terlalu dalam, kuharap kau tak akan pernah mengecewakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
Kalau aku sudah jatuh terlalu dalam, kuharap kau tak akan pernah mengecewakan. Karena kehadiranmu, membuat aku hidup kembali.
•••

Shaka—Farhana—Silan—Kiya dan Karel baru saja keluar dari kantin Universitas. Kelima manusia itu telah selesai mengisi perut mereka yang keroncongan. Wajah Shaka terlihat puas, sedangkan Karel terlihat asam karena gara-gara Shaka yang meminta di bayarkan. Jadi semua ikut Karel bayarkan. Ya, begitulah. Kalau paling kaya di antara yang lain. Nasib di poroti!

"Makasih, Rel. Uang jajan gue jadi utuh siang ini." Farhana berucap lebih dulu. Perempuan berkucir kuda itu tak kalah senang dari yang lain.

"Iye," sahut Karel. Singkat. Tapi ia iklas banget.

Kiya yang berjalan di samping Silan tersenyum. "Makasih juga, Rel. Lo baik deh."

"Ih, gak seberapa kali," Karel jadi malu.

Shaka mengangguk cepat. "Bener! Ini mah nggak ada apa-apanya. Cuma makan doang, besok-besok beliin mobil satu-satu."

"Lu jadi tumbal dulu," Karel sensi.

Silan tertawa, tangan kanannya ia pakai untuk merangkul Kiya. Perempuan berponi tipis itu tak menolak. "Pahala, Rel. Uang lo gak akan habis."

"Amin!" seru Karel. Mengangkat kedua tangan seraya ia lebarkan lalu di usap ke muka.

Mereka berbelok di persimpangan antara fakultas  lain, Shaka terus mengoceh layaknya burung beo, Karel pun tak segan-segan menggeplak kepala cowok Sunda itu. Silan ya asyik bucin, Farhana cuma ketawa saja.

Hingga dari balik pilar besar, muncul seorang perempuan cantik berambut blonde. Ia melambai girang ke arah Shaka. Lantas Sanres berseru kencang seraya berlari kecil menghampiri Shaka.

"Shaka!"

"Naon?" cowok itu terlihat malas melihat sang mantan. Pasalnya, Sanres masih saja centil. Padahal sudah meninggalkan.

"Ngapain lo di sini?" ujar Farhana. Sanres mendelik tajam. Ia tak suka di tanya begitu.

"Suka-suka gue doang mau di mana aja!"

"Dih nyolot amat deh lo," kata Kiya.

"Berisik!" sentak Sanres.

"Jangan kasar bisa?" Silan memperingati. "Lagian ngapain juga lo masih ganggu Shaka?"

"Gue nggak ganggu!" Sanres kekeh.

"Tapi Shaka ke ganggu sama lo!" Karel menimpali.

"Dia 'kan mantan gue! Kok lo yang pada ribet sih!" perempuan itu jadi keki banget.

Farhana tertawa remeh. "Mantan yang udah ninggalin? Terus bangga?" sindir Farhana. "Eh ini sih jatohnya, nggak tau malu."

"NUSUK BANGET! AHAHA," sambar Karel.

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang