19-Hubungan yang aneh

682 53 3
                                    

Kalian bisa follow akun instagram
@wattpadta_
@mithaaprianii_
Untuk info seputar Stres In Life.

Kalian bisa follow akun instagram@wattpadta_@mithaaprianii_Untuk info seputar Stres In Life

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
Tak dapat di pungkiri, bahwa rasa nyaman sudah lama menyarang.
•••

"Bang, udah lama jualan martabak?"

Tania hampir sepuluh kali menggeleng mendengar ocehan Shaka bersama penjual martabak di depannya ini. Seharian bersama Shaka, Tania seperti merasa orang bodoh karena selalu menimpali celotehan cowok Sunda ini.

"Udah, A. Saya hampir sepuluh tahun jualan martabak."

Shaka mangut-mangut, cowok itu nyengir lebar. Seraya memperhatikan penjual martabak membuatkan pesanannya. Ia bersedekap dada, terkikik kecil melihat tampang bete Tania. Ah, Tania itu mengesalkan. Sudah di ajak beli martabak, tapi kayak enggak ada senang-senangnya gitu.

"Pak, manisan mana, martabak? Apa cewek saya ini?" ujar Shaka membuat Tania mendelik kaku.

Cewek saya? gumam Tania dalam hati. Ia mingkem, mengembuskan napas kecil dan mati-matian agar tidak tersenyum.

"Atuh manisan cewek Aa, kalah martabak saya mah,"

Cowok itu mengacungkan jempolnya, ia menyugar rambut merasa makin ganteng di panggil, 'Aa' begitu.

"Jelas ya, Pak. Cakep banget cewek saya ini."

"Aduh," Shaka mengaduh kala Tania memukul lengannya, ia menjulurkan lidah membuat Tania makin gondok saja.

"Jangan bertingkah, Shaka," kata Tania.

"Tuh, Pak. Dia salting kalau saya goda. Lucu banget, Tuhan. Nanti kalau saya nikah, bapak saya undang."

Tersipu, Tania memalingkan wajahnya dan memilih untuk memberikan atensi pada kendaraan yang lewat di jalanan. Ini Shaka lagi kenapa sih? Tiba-tiba saja jantung Tania bertalu-talu.

"Makasi, A," penjual martabak itu sedikit membungkukkan kepalanya kala menerima uang dari Shaka. Setelah cowok itu mengiyakan, ia menyerahkan kotak yang di lapisi plastik bening itu pada Tania.

"Nih, rasa coklat. Bukan keju," ujar Shaka.

"Rasa cintanya, nyusul," lanjut Shaka membuat Tania menggerling. Ia malu di ledek begitu.

Shaka tergelak pelan, ia menarik Tania menuju vespa yang berada tak jauh dari penjual martabak. Tersenyum, Shaka memasang helm seraya mengelus Si putih. Motor kesayangannya itu di perlakukan layaknya ratu.

"Hayu buru naik, apa mau di naikin?"

"Gue gampar muka lu ya Shaka," Tania emosi, perkataan Shaka jelas ambigu.

Ia menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang daun telinga, kepala Tania tertoleh ke sumber suara membuat perempuan itu menunda pergerakannya.

"Shaka?" kehadiran Sanres bersama Reiki—pacarnya membuat Shaka mendengkus malas.

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang