•••
Dunia kita sama-sama berhenti ketika bersama.
•••"Kamu seneng nggak???" Shaka berteriak di sela-sela jalan raya yang sangat sepi. Cowok Sunda itu mengajak Tania keliling Jakarta di atas jam 12 malam.
"Bawa motornya yang bener! Atau aku gampar muka kamu Shaka!" seru Tania seraya memeluk pinggang Shaka.
"SI PUTIH TERLALU SENENG KARNA YANG AKU BONCENG KAMU!"
Tania geleng-geleng dengan senyum manis tercipta di wajahnya. Perempuan dengan sweater biru langit itu menengadah menikmati terpaan angin malam yang begitu dingin.
"TANIAAA,"
"KENAPA SII?" Tania agak sebal karena Shaka terlalu berisik.
"BAHAGIA SELALU SAYANG. HARUS JADI PEREMPUAN PALING BAHAGIA SEDUNIAAAA."
Tania semakin mengembangkan senyumnya. "KALAU BUKAN KAMU, AKU NGGAK AKAN BAHAGIA SHAKA."
"UHUYY, SHAKA SENENG BANGET TUHAN MALEM INI ...."
Sesederhana itu mereka bisa tertawa lepas di bawah taburan bintang.
Vespa putih yang sejak tadi melaju kini berhenti, Shaka mengajak Tania mengunjungi taman dimana pertama kali Shaka membawa Tania sekadar mengantar untuk mencari tambal ban.
Selucu itu mereka dulu sebelum masalah serta luka tercipta.
"Gue punya ide!"
"Gimana lo temenin gue dorong Si putih, sekalian bantu cari bengkel."
Perempuan yang lengannya masih di tahan Shaka lantas menggerling. Alisnya bertaut tidak suka. Di tepisnya secara keras sampai cekalan Shaka terlepas membuat Tania berkacak pinggang.
"Nyebelin banget! Ngapain gue harus temenin lo nyari bengkel?"
"Ban gue bocor, satu kilo lebih aing jalan tapi ga ketemu, bosen atuh sorangan mah. Kan ini udah malem, hayu temenin. Entar gue anter balik, janji. Ga aneh-aneh,"
Shaka mengerjap kaget kala Tania menepuk bahunya.
"Kamu kemasukan setan? Kenapa diem aja?"
Shaka tergelak kecil. "Gapapa, lucu aja inget kita dulu ya."
Tania mencibir, perempuan itu turun dari Si putih lalu duduk pada kursi taman. Ia tersenyum kecil, mengingat dulu sering sekali duduk sendirian sebelum kehadiran Shaka yang sampai sekarang membawa perubahan.
Shaka duduk di samping Tania, cowok itu bersedekap dada seraya memandang langit malam yang cerah.
"Kamu harus jadi jodoh aku Tan,"
"Kalau nggak jodoh?"
"Aku maksa! Nggak mau tau,"
"Gak semua hal bisa di paksa Shaka."
Shaka menghela napas. "Udah sejauh ini, udah se jatuh ini, masa Tuhan tega nentuin garis takdir nggak sama kamu."
Tania pun turut memandang langit yang sama seperti Shaka. "Banyak perempuan lebih di luar sana, kenapa harus aku yang hanya seorang pribadi cacat penuh luka yang kamu pilih, Ka?"
"Cuma kamu, yang mau aku ajak segalanya, Tan. Cuma kamu yang bisa buat aku senyaman sekarang, dan nggak ada hal paling bahagia selain kenal perempuan sekuat kamu."
Hati Tania terenyuh, ia menoleh memandang wajah Shaka di mana cowok itu pun turut ikut menatap Tania dalam.
Tania mengerutkan kening. "Ka? Bibir kamu pucet. Muka kamu juga nggak se fres tadi. Kamu sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stres In Life
General FictionKita sebatas mengejar bahagia dengan cara sama-sama terluka. ( Warning ⚠ violence, profanity, gay and sexuality 18+) --- "Lama-lama, saya bunuh kamu!" "Arrgghhh." --- "Kalau gue cemburu, namanya gue sayang. Lo mau gue sayang?" --- "Lo mau kemana? Bi...