15-Berduka

701 51 0
                                    

•••Kedewasaanku, berjalan berdampingan dengan masalah hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
Kedewasaanku, berjalan berdampingan dengan masalah hidup.
•••

Shaka duduk di kursi yang tersedia di lobi Universitas, cowok itu tengah menunggu Tania selesai kelas. Menyebalkannya ini terasa lama sekali. Meskipun Shaka memang ingin bertemu Tania, namun alasan lain—yakni Shaka ingin mengambil Si putih.

Akibat tidak ada Si putih, Shaka terpaksa naik ojek online. Malahan mahal banget! Shaka sampai belum iklas rasanya. Uang yang tadinya bisa untuk menambah beli rokok, justru terkuras karena bayar ojek online.

Ini pun Gara-gara Tania juga yang membawa Si putih! Harusnya Tania menginap saja malam itu di rumahnya. Kan lebih enak. Benar tidak?

"Lama pisan ih, bosen aing mah." Shaka celingak-celinguk, terlintas ingin menyesap rokok tetapi tidak berani, masih di area kampus. Bisa habis Shaka kalau ketahuan.

Bisa saja sih, Shaka bareng Silan untuk ke kos-kosannya Karel. Tetapi, nanti ia akan lama lagi bertemu vespanya. Gimana, ya. Tidak melihat Si putih dalam dua hari saja rasanya Shaka sudah rindu teramat berat.

"Shaka," Farhana yang muncul dari belokan berseru seraya melambai. Perempuan berkucir kuda itu tersenyum dan berjalan menghampiri Shaka.

"Tumben belum pulang? Udah nggak ada kelas, 'kan?" tanya Farhana.

"Nggak, ini tèh lagi nunggu awewe, lama pisan. Pegel pinggang aing." Shaka mengeluh. Memang benar sih lama, hampir satu jam Shaka menunggu.

"Siapa?"

"Tania,"

Farhana mangut-mangut, ia membenarkan slingbagnya yang hendak merosot lalu berkata.

"Mau ngopi dulu gak yu? Itung-itung nunggu Tania," ajaknya.

"Mbung ah," Shaka menolak. "Kalo gue pergi, entar malah gak ketemu sama tuh cewek."

"Telpon aja si, Shak. Kok lu ribet banget?"

"Masalahnya, gak di angkat. Ngartis emang Tania mah."

Farhana terkekeh kecil. "Ya, udah, gue temenin lo nunggu Tania di sini."

"Nggak usah," baru saja mau duduk, Farhana terkesiap karena Shaka melarangnya.

"Beneran? Kalau gitu, gue cabut duluan, ya."

Shaka mengangguk mantap, ia tersenyum lebar seraya mengangkat tangannya tinggi-tinggi tatkala Farhana sudah pergi menjauh.

"Hati-hati di culik jametttt ...." Shaka yang berseru, ia juga yang tertawa ngakak.

"Kan elo jametnya."

Lelaki itu terperanjat dan sontak langsung membalik badan, mendelik lalu menyengir senang mendapati Tania. Akhirnya, tidak sia-sia Shaka menunggu sampai-sampai pantatnya panas.

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang