•••
Kamu memang sulit untuk bahagia, namun aku yang akan membentuk sumber bahagia untuk kamu selamanya.-Shaka Okta Aldian-
•••"Pasien atas nama Tania Sarelina di nyatakan meninggal dunia."
Tubuh Shaka merosot hingga menubruk lantai, lekaki itu meremas kepalanya dengan kuat seraya menggeleng tak percaya dengan ungkapan dokter barusan.
"NGGAK MUNGKIN! INI BOHONG KAN DOK?"
"Saya tidak bisa menahan kuasa Tuhan."
"NGGAK! TANIA GAK BOLEH MATI! TANIA MASIH HIDUP!" teriak Shaka histeris.
"TANIA NGGAK MUNGKIN MAT—"
"WOI NGAPA LU?" Karel menampar pipi Shaka hingga membuat lelaki itu terperanjat dan segera membuka mata. Keningnya di banjiri peluh dengan napas terengah-engah seperti habis di kejar-kejar.
"Gue mimpi buruk!" ujar Shaka bengong. Ia sempat ketiduran kala menunggu kabar Tania yang tengah di periksa oleh dokter di dalam ruang ICU.
"Berdoa aja, semoga Tania nggak apa-apa," kata Karel.
Shaka mengangguk, ia pun berdiri, dengan setia ia menunggu dokter keluar dari dalam ruangan tersebut.
"Dokternya teh lama pisan!" gerutu Shaka membuat Karel berdecak sewot.
"Ya sabar anjing."
"Tania gapapa kan Rel? Tania pasti sembuh, iya 'kan?" tanya Shaka khawatir sekali.
Karel mangut-mangut saja, ia pun tak bisa menjamin karena dirinya bukan Tuhan. Dengan kening mengernyit Karel berucap pada Shaka.
"Bibir lo pucet, Ka." Karel langsung menempelkan punggung tangannya pada kening Shaka.
"Idih najis lo demam!" katanya. "Ayo pulang,"
"Goblok, Tania masih di dalem gue pulang? Lo bego Rel!" ujar Shaka sensi.
"Biar gue suruh Fadhlan yang nemenin Tania, lo sakit."
"Apa sih, mbung amat! Aing mau di sini!" kekeh Shaka tak mau di bantah.
Karel mengembuskan napas. "Tapi lo sakit sialan!"
"Nggak usah lebay lo jamet."
"Terserah, Ka. Gue cape bilangin lo yang batu."
Shaka memutar kedua bola mata. "Ya udah—"
"Keluarga Pasien atas nama Tania?"
"SAYA PACARNYA DOK!" sambar Shaka cepat serta raut wajah takut terlihat sangat jelas.
"Alhamdulilah pasien selamat,"
Jantung Shaka dan Karel yang semula berdegup kencang kini mulai bisa tenang mendengar kabar baik dari sang dokter.
"Terima kasih Tuhan," ucap Shaka seraya mengusap wajah. "Saya boleh liat pacar saya sekarang dok?"
"Boleh, tetapi kemungkinan pasien membutuhkan donor darah karena begitu banyak darah yang keluar dari kepala pasien. Sehingga pasien belum sadarkan diri."
"Dokter butuh berapa kantong darah? Saya siap! Ambil aja semua darah saya dok," kata Shaka tanpa berpikir.
"Tolol, badan lo lagi demam." Karel menyela.
"Golongan darah pasien A+,"
"NAH PAS BANGET GOLONGAN DARAH SAYA O! BISA KAN DOK?"
Karel menggusah napas pasrah kala dokter tersebut mengangguk, sayangnya golangan darah ia dan Tania sangat berbeda jauh hingga tak bisa membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stres In Life
General FictionKita sebatas mengejar bahagia dengan cara sama-sama terluka. ( Warning ⚠ violence, profanity, gay and sexuality 18+) --- "Lama-lama, saya bunuh kamu!" "Arrgghhh." --- "Kalau gue cemburu, namanya gue sayang. Lo mau gue sayang?" --- "Lo mau kemana? Bi...