Changes

4.6K 363 29
                                    

Aku sudah sampai di depan rumah ku aka rumah suamiku dengan masih duduk bersama samuel di dalam mobilnya.

Dengan menghela nafas lelah, aku mendongak menatap samuel yang tiba tiba berubah menjadi diam.

"Bang"

"Hmm" dia menatapku dengan alis terangkat.

"Aku punya satu permintaan kepada abang, tolong rahasiakan pertemuan dan pembicaraan kita hari ini. Jangan katakan pada yang lain kalau aku sudah mengetahui tentang kebenarannya. Biarkan aku yang menyelesaikan masalah ini" ucapku tegas.

Pria itu tersenyum tipis dan mengangkat tangan nya hendak mengelus punyak kepalaku sebelum aku reflek menepisnya. Suasana berubah canggung.

"Oke! Aku akan merahasiakan semua ini dengan satu syarat"

Dia menggantungkan ucapannya yang makin membuat perasaan ku tak enak.

"Datang dan kembali padaku"

Whatt!!

"Kau gila? Aku ini sudah punya suami. Tolong jangan macam macam lagi!!" Peringatku murka. Ternyata dia tidak main main dengan perkataannya untuk merebutku dari ikatan pernikahan yang sebelumnya didukung penuh oleh dirinya sendiri.

"Why? You've said that you love me too! So, what's the matter?!" Tanyanya bingung. Lebih bingung lagi aku yang mendengarnya, pria ini tidak punya malu apa gimana sih?

"Stop, I'm so exhausted right now, I don't want to fight with you! Please to be understood, I'm a wife and I have a husband!!!" Oke! Kedengarannya aku tidak mempermasalahkan pernikahan ku sekarang seperti sebelumnya yang bahkan mengakui aku sudah menikah saja sudah malas.

"Aku tidak salah dengar kan? Kau sudah menerima pernikahanmu?!" Tanyanya tak mengerti, aku melihat raut tak suka di raut wajah tampan Samuel. Yah, itulah yang aku mau!

"Why not? Kau dan keluargamu yang membuangku ke keluarga dokter Satria dan aku sudah di cap perempuan jalang selama ini. So, untuk apa aku menolak pernikahan ini? lebih baik aku membenarkan perkataan orang lain untukku, that I'm a bitch one" jawabku seraya tersenyum sinis.

"Kau--"

"What?" Ucapku menantangnya.

"Jalang kecil tidak tau terima kasih!! Keluarga ku sudah merawatmu slama ini, dan berterima kasihlah kau dikasih kemewahan. Kalau bukan karena mereka mebawamu ke rumah dan mengadopsimu, sudah dipastikan kau akan jadi gelandangan, Selena!!"
Bentaknya dengan kata kata kasar, dan aku sudah tidak perlu kaget lagi mendengarnya. Pernahkan aku mengatakan kalau dia itu bunglon yang sering berubah ubah? Kalau belum, aku akan mengklaimnya sekarang. Pria ini punya masalah serius dengan emosinya.

"What the hell, you said that your parents have paid for me all this time? Sam, listen! Gue hidup dari hasil usaha gue sendiri! Dari kecil gue sudah bekerja di saat anak anak lain sibuk dengan mainan mereka. Aku sudah berkontribusi dengan perusahaan mama yang membuatnya selalu meraih keuntungan besar. Dan aku akan segera mencari tahu bagaimana aku bisa jatuh ke tangan keluarga kalian." Oke, sebutlah aku tidak tau diri dan tidak kenal terima kasih karena sudah menjelekkan sebuah keluarga yang selama ini telah menampung anak menyedihkan seperti diriku. Tapi, jika aku bisa memilih lebih baik aku tidak mengenal mereka saja dan hidup selamanya di panti asuhan atau di jalanan. Whatever you want, you may said anything for me!

Tok tok tok

Ketegangan diantara kami buyar begitu seseorang mengetuk kaca mobil Samuel. Aku segera menoleh pada orang itu dan seketika terkejut begitu mendapati bahwa yang megetuk barusan adalah dokter Satria. Samuel membuka pintu jendelannya dan tersenyum ramah pada suamiku itu.

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang