Kecewa

5.6K 379 53
                                    

Dengan langkah gontai, aku mengikuti langkah dokter Satria menuruni tangga menuju ruang makan. Benar saja, sudah ada Alesya dan mamanya yang tengah menatap tajam kearah ku.

"Enak ya ma tinggal makan doang, udah ada yang masakin! Kalau kayak gitu, aku juga mau lah cari sugar daddy nanti biar dibiayain, kalau bisa yang kayak papa itu. Baik bangettt"

"ALESYA" Amanda membentak anaknya yang langsung membuat gadis itu terlonjak kaget, padahal diakan hanya membela mamanya.

"Apa pantas kamu ngomong gitu sama papa kamu?" Tanya Amanda lagi. Sebenci apapun wanita itu pada madunya, tentu dia tidak menyukai perkataan kasar putrinya terhadap sang suami.

"Aku belain mama, ma. Kenapa malah kena marah?" Alesya yang terlanjur kesalpun bangkit dari duduknya setelah membanting garpu dan sendok dengan lumayan kencang.

Aku tertegun melihat tingkah gadis itu, kulirik raut wajah dokter Satria yang tampak menatap sendu kearah anaknya. Tentu, ayah mana yang tidak tersakiti jika dikatain buruk oleh anaknya sendiri.

"Maaf papa belum bisa jadi orang tua terbaik buat anak gadis papa!" Jawab pria itu yang membuat langkah anaknya terhenti.

Alesya berhenti melangkah dan tersenyum tipis mendengar perkataan papanya.

"Memang"

"Sudahlah, mas. Cacha sedang emosi, kamu jangan ambil hati ya" Amanda menuntun langkah suaminya untuk mengambil posisi duduk.

"Mau makan sama apa, mas? Biar manda yang ambilin" tawar bu Amanda lembut layaknya istri idaman pada umumnya, dan lihatlah aku dalam posisi apa? Masih berdiri, tentu saja. Satria tersenyum lembut membalas istrinya tersebut.

"Makasih, sayang"

Aku tertegun mendengarnya, sudhalah pernah aku mengatakan pak Satria ini benar benar lembut? Aku bahkan jarang melihatnya marah marah apalagi dalam emosi yang tinggi.

Bu Amanda melirik sekilas kearah ku dengan tatapan sinisnya, wanita tersebut mengedikan bahunya tak peduli. Dia kembali sibuk dalam melayani suami tercintanya itu. Aku gak cemburu! Sama sekali tidak, tapi mihat posisiku yang masih berdiri tanpa ditawari duduk, siapa yang gak kesal coba? Bahkan lelaki yang sialnya menjadi suami ku tersebut terlihat tidak memperdulikan kehadiranku atau ternyata sudah melupakan kalau dia sendirilah yang menyeret ku kesini.

Tak mau ambil pusing, aku berlalu meninggalkan meja makan dmyanpa diketahui dua manusia yang terlihat romantis itu. Aku benci dihadapkan oleh situasi seperti ini yang mana membuatku terlihat luar biasa menyedihkan. Dan sialnya perut ku tak pernah berhenti berbunyi.

Sekarang aku berada didalam kamarku sembari berjalan menuju ranjang dan terduduk lesu. Tanpa sadar aku mengusap air mata yang tanpa malu turun begitu derasnya. Satria sialan itu benar benae membuatku terlihat luar biasa menyedihkan. Aku mengangkat kedua kakiku dan membenamkan kepalaku kesana, aku memikirkan nasib hidup yang benar benar tidak pernah memihakku. Sedari kecil aku selalu dididik dengan sangat keras oleh mama dibandingkan anak anaknya yang lain. Aku diajarkan segala macam hal yang bahkan kata teman teman ku merupakan suatu hal yang sangat bodoh. Salah satu ajaran mama yang paling melekat benakku adalah, seorang perempuan harus bisa menjadi cantik diatas perempuan cantik lainnya dan jangan biarkan lelaki manapun menguasaimu atau memerintahmu. Ajaran sesat seperti itulah yang selalu aku terima dari mama semenjak dari aku balita.

Aku memukul mukul kasur dan meremas sprei dengan sangat kuat untuk menyalurkan segala emosiku. Bahkan disaat sepeerti ini, kepada siapa aku mengadu, ha? Aku tidak punya siapa siapa selain diriku sendiri didunia ini. Kedua sahabatku hanyalah pemeran tambahan yang tidak ingin ku ikut sertakan.

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang