Afraid

7.4K 331 20
                                    

Ini masih Pov Author nya ya!

-
-
-
-
...

Satria memegang kepalanya yang terasa luar biasa sakit setelah dengan nekatnya Selena melempar benda tersebut kearahnya. Untunglah yang melayang pada pelipisnya hanya sebagian dari vas bunga tersebut, namun walaupun begitu kepala Satria tetap mengeluarkan banyak darah.

Selena yang melihat suaminya mengerang kesakitan langsung berubah panik, bukan karena khawatir melainkan takut jika sesuatu terjadi kepadanya. Seperti ditahan polisi dengan kasus pembunuhan.

"Jangan laporin gue ke polisi....hiks" gadis itu menangis tergugu di tengah keadaan nya yang luar biasa kacau. Bukan hanya tubuhnya, melainkan pikirannya juga ikutan kacau saat ini.

Telinga Satria serasa berdengung mendengar suara tangisan wanitanya, dia hanya bisa mengerang menahan sakit sekaligus pusing yang sangat mendera dikepalanya. Tak berselang lama, tubuhnya luruh kearah lantai dan pandangannya berubah jadi gelap. Satria tak sadarkan diri.

***

Prangg!!!

"Arghh"

"Mama!!" Pekik Alesya yang langsung berlari ke arah dapur untuk memeriksa keadaan mamanya. Gadis itu menatap cemas pada kaki sang mama yang terlihat mengeluarkan banyak darah. Amanda tanpa sengaja menjatuhkan piring yang langsung melukai kakinya.

"Mama gak papa?" Tanya Alesya khawatir.

Amanda bukannya membalas melainkan memegang bahu anaknya dengan kuat, tersirat kecemasan yang kentara di wajahnya.

"Ca, telepon papamu!" Titahnya yang langsung membuat Alesya melongo bingung. "Ngapain telpon papa, ma? Caca malas kalau berususan sama papa. Pasti papa lagi bermesraan dengan istri cantuknya itu" Gerutu Alesya tak terima mendengar perintah mamanya itu. Bukan apa apa, hubungan nya dengan sang ayah berubah renggang setelah pria tersebut dengan teganya menduakan sang ibu.

Gadis remaja itu sama sekali tidak menghiraukan perkataan Amanda yang terdengar menyebalkan ditelinganya, dengan telatennya Alesya mengambil kotak P3K yang memang disediakan di dalam dapur untuk emngobati kaki ibunya. Namun, sebelum kain kasa tersebut mententuh kaki Amanda, wanita itu tiba tiba berlari kencang menuju kamarnya yang mambuat Alesya tersentak kaget.

"Ma!!" Panggilnya yang tidak dihiraukan oleh mamanya yang seperti kesetanan menaiki tangga tanpa memperdulikan kakinya yang lagi terluka. Melihatnya, Alesya berinisiatif untuk menyusul wanita tersebut kedalam kamarnya dilantai dua. Tanpa bertanya, Alesya yakin jika tujuan mamanya adalah mengambil ponsel untuk menghubungi ayahnya. Tak ayal melihat ibunya yang khawatir berlebihan seperti itu membuat Alesya ikut merasakan nya.

"Belum datang!?" Amanda semakin cemas saat menghubungi pihak rumah sakit tempat suaminya praktek, mereka bilang jika suaminya belum menampakkan diri di tempat tersebut hari ini. Bulan hanya hal itu yang membuat Amanda gelagapan sendiri, suaminya yang biasanya disiplin tidak meninggalkan pesan apapun pada rumah sakit bahwa dia tidak bisa praktek hari ini. Selama ini, Satria selalu izin jika ada keperluan dan meminta dokter lain untuk menggantikannya.

"Makasih ya dok, kalau beliau sudah datang tolong hubungi saya lagi" ucap Amanda ramah. Dia memang lebih memilih menghubungi dokter jaga UGD untuk menayakan keadaan suaminya daripada menanyakan langsung pada Satria sendiri, karena Amanda tahu tabiat suaminya yang sangat malas sekali mengangkat telpon di tengah jadwal prakteknya.

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang