Apa lagi ini?

6.3K 335 8
                                    

Aku berdiri canggung disamping dokter Satria yang berdiri di depan gerbang rumahnya. Sesaat kemudian gerbang itu telah terbuka setelah sang satpam menyadari kehadiran tuan rumahnya.

"Makasih pak" kata dokter tulus. Ya tuhan, baru kali ini aku mendengar ada orang yang berterima kasih pada bahawannya sendiri. Tampaknya dokter Satria berhasil membuatku menganga kagum melihat sifat lembutnya.

Beliau menggiringku untuk memasuki rumah yang besarnya kira kira sama dengan rumah ku itu. Bedannya, rumah si dokter memiliki taman yang begitu luas dengan hamparan bunga di mana mana. Begitu indah dan menyegarkan untuk dipandang. Istri pak dokter pasti sangat menyukai beberapa jenis bunga.

"Mari masuk, Selena!" Tangannya terulur membuka pintu utama dan mempersilahkanku untuk masuk terlebih dahulu. Setelah mengucapkan terimakasih, aku sekarang benar benar menapaki rumah dengan interior menenangkan ini. Setiap sudut ruangan terpajang beberapa buah lukisan, foto keluarga, dan piagam penghargaan yang pernah diraih dokter Satria mulai dari kuliah hingga menjadi dokter seperti saat ini. Tatapanku seketika melembut begitu melihat sesosok wanita yang tampak tersenyum tulus di dalam rangkulan si dokter, mereka begitu mesra dan sangat cocok untuk berdampingan.

"Kamu Selena, kan?" Tanya sebuah suara yang berhasil membuatku mengalihkan tatapan kebelakang. Disana, berdiri seorang wanita dewasa yang beberapa saat yang lalu sempat mencuri perhatianku dalam sebuah foto.

"Iya, bu. Maaf kalau saya lancang gak beri salam dulu" kataku dengan pandangan bersalah.

"Gak masalah, saya juga baru sampai" jawabnya datar yang seketika membuatku sadar kalau dandanan bu Amanda menunjukkan kalau dia baru saja berpergian.

"Kalau boleh saya tau, kamu sedang apa disini?" Tanya beliau dan aku langsung bergerak canggung di tempat. Malu? Itulah kira kira yang kurasakan. Aku merasa seperti tamu yang tidak diundang disini.

"Hmm be--"

"Aku yang membawanya kesini, sayang" potong sebuah suara disaat yang tepat. Bu Amanda yang lebih dulu menyadari kehadiran orang tersebut langsung merubah raut wajahnya. Entahlah, yang jelas aku melihat ekspresi kecewa serta marah pada kilatan matanya.

"Mas, membawanya kerumah?" Bu Amanda bertanya tak menyangka.
Menyaksikan tingkah mereka membuatku merasa tidak enak, aku sadar diri kalau yang membuat suasana disini tidak enak pasti berhubungan denganku. Bukan karena percaya diri, tapi siapapun yang berada di posisiku akan merasakan hal yang serupa.

"Maaf bu, saya tidak tahu kalau ibu tidak menyukai kehadiran saya disini" Aku menunduk hormat padanya, perasaan bersalah sedikit memenuhi pikiranku saat ini. Tapi, apa salahku?

"Amanda, dengerin mas--"

"Aku tidak mau dengerin apapun, mas. Aku kira mas hanya emosi sesaat saat mengatakan akan menikahinya, tapi ternyata mas--"

"Menikahiku? Maksudnya?" Katakanlah aku tidak sopan karena menyela ucapan mereka, tapi kata janggal barusan benar benar sangat menggangguku. Siapa yang akan menikahi siapa?

"Jangan pura pura tidak tahu, Selena. Saya sudah tahu rencan busuk kalian" bentak bu Amanda. Aku menganga tak mengerti sekaligus kesal, bu Amanda ini telah menuduhku dengan sesuatu yang tidak kuketahui sama sekali. Saat akan membantahnya, dokter Satria langsung bergerak cepat memeluk istrinya tersebut. Mungkin sebentar lagi aku akan gila jika terus berada disini, perasaan menyesal seketika melingkupiku saat aku menolak untuk pulang dan memilih menginap dirumah dokter Satria.

Flashback On

"Baiklah, saya akan mengantar mu, Selena"

Saat ini kami sedang berada didalam mobil hitam milik dokter Satria dan bersiap siap akan pergi. Tapi, setelah beliau mengatakan kalimat barusan perasaan takut langsung menderaku. Biar bagaimanapun, aku tidaka akan selamat jika berada dirumah karena setidaknya Samuel telah mengadukan tingkahku pada mama dan papa.

"Ehmmm.. gimana kalau dokter mengantar saya ke apartemn saya saja? Deket kok dari sini" usulku antusias. Beliau terlihat berpikir sejenak menimbang usulanku tersebut.

"Tapi, sekarang pasti orang tuamu sedang menanti dirumah" ucap pria itu tidak setuju.

'Menanti untuk memarahiku' lanjutku dalm hati.

"Saya mohon, dokter. Bantu saya kali ini, saya benar benar tidak bisa pulang kerumah" mohonku padanya.

"Ehhmm gimana, ya? Samuel pasti akan menyalahkan saya nantinya"

"Tidak akan pak, Sa--"

Ucapanku langsung terhenti begitu nada dering pesan di ponselku berbunyi. Aku membukannya dengan sangat cemas karena yang mengirimnya adalah salah satu anggota kuargaku.

From Shanon

Menghindarlah kemanapun kamu bisa, El! Kakak tidak menyangka kamu bisa seliar ini sekarang, bukankah kamu sudah janji tidak pergi ketempat itu lagi? Bahkan kepergian mantan pacar mu tidak bisa merubah apapun.

Pulanglah jika kamu masih ingat kami! Satu hal yang perlu kamu tahu, semua fasilitas yang diberikan papa untukmu tidak bisa digunakan lagi. Apartemen, kartu kredit, mobil dan semunya disita papa...

Tanpa sadar aku terisak pelan membacanya, dan tanpa memperdulikan ada pria yang bersamaku aku sekarang malah memebenturkan kepalaku sendiri pada dashbord mobil. Kebiasaan ketika aku dilanda perasaan frustasi.

"Kamu kenapa?" Tanya dokter cemas.

"Dokter, maafkan saya jika saya malam ini sangat menganggu dokter. Tapi, bolehkah saya menginap malam ini dirumah dokter?" Aku bertanya takut takut kearahnya.

"Aku bisa sekamar dengan istri dok-- eh maksudnya pembantu dirumah dokter" lanjutku cepat. Sempat meringis saat merasakan ada sesuatu yang salah dengan ucapanku. Sekamar dengan istrinya? Yang benar saja.

Dokter tampan itu menghela nafasnya dan tanpa basa basi lagi segera melajukan mobilnya.

"Saya akan mintakan kamu izin pada orang tuamu nanti"

Flashback off

"Maksud ibu apa?" Aku bertanya tak terima.

"Apa kamu tidak bisa mencari pria lain selain suami saya? Percuma wajah cantik, tapi hati pelakor"

"AMANDA!!!" Teriak dokter Satria keras. Dia menatap tidak suka pada istrinya tersebut, dan aku kembali menganga tak percaya mendengar tudingan itu. Rasa marahku langsung mendidih seketika, apa hidupku hanya sebatas jalang bagi semua orang? Bukan hanya keluargaku, melainkan ada orang lain yang menganggapku liar hari ini.

"Mas bahkan membelanya?" Bu Amanda kini sudah terisak sambil memandang suaminya itu dengan sorot terluka.

"Mas nggak membelanya, tapi kamu yang salah paham. Kami tidak berbuat macam macam, tadi mas ketemu dia sama kakaknya di--"

"Jangan banyak alasan, mas. Aku tahu kalian pasti menghabiskan waktu berdua malam ini"

"Buk, saya benar benar tidak mengerti apa yang ibu bicarakan?. Oke, kalau kehadiran saya telah mengganggu kalian, saya akan pamit undur diri. Permisi" Saat akan melangkahkan kakiku, ucapan bu Amanda langsung mengentikanku kembali.

"Setelah merusak rumah tangga orang, kamu main pergi gitu aja?"

Aku dan dokter Satria tersentak kaget mendengrnya, beliau berkata dingin dengan nada datarnya sehingga membuatku langsung terpaku tak berkutip. Aku tidak tau lagi apa yng terjadi, yang jelas saat aku berbalik pemandangan dokter Satria yang menarik istrinya ke lantai dua terpampang jelas dihadapanku.

"Sialan, apa lagi ini? Kenapa aku benar benar sial hari ini?" Batinku geram.

T.b.c

Holla guys, makasih udah mau membaca cerita saya. Saya benar benar merasa semangat sekarang setelah akun saya yang lama tidak bisa terbuka, padahal pembacanya udah lumayan banyak (Sampe 50 k) dan jumlah itu cukup besar bagi penulis amatiran seperti saya.

Sekali lagi, terimakasih....
Happy reading, sayang😘😘

Muachhh

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang