Aku tidak terkejut saat mendapati pak Satria yang tiba tiba berdiri di depan rumahku lengkap dengan setelan jas kerjanya. Sebelumnya, pria dewasa itu sempat mengabariku jika ingin mengajakku ke rumah sakit tempatnya dinas sebelum kami fitting bau pengantin di butik mama.
"Saya tidak mengganggu kan?" Tanyanya begitu aku telah duduk cantik di dalam mobilnya. Aku menggeleng dalam diam, entah mengapa aku sangat kesal dengan pria tua ini?
Mobil melaju pelan menembus jalanan yang macetnya nauzubillah pada pagi ini.
"Kamu tidak ada jam kuliah pagi kan?" Tanyanya lagi, demi apa betapa cerewetnya bapak bapak satu ini. Aku kembali menggeleng menjawabnya, enggan sekali menyahut perkataan beliau.
"Sepertinya kamu kesal dengan saya?"
Cukup sudah. Kali ini aku akan menimpali pertannyaannya.
"Bapak pikir sendiri, gimana saya tidak kesal coba? Dua minggu lagi kita menikah pak, dan saya akan menjadi istri kedua bapak"
Dokter Satria menghela nafas beratnya, sembari memandang lurus kedepan. Aku sangat tahu kalau perhatian sepenuhnya bukan pada jalanan melainkan pada pikirannya sendiri.
"Apa sebegitu tidak sukanya kamu pada saya?"
Lah?
"Bapak gimana sih? Gimana saya bisa suka coba? Bapak udah punya istri dan anak pak, kasihan mereka" baiklah, aku boleh tidak berhasil membujuk papa... Namun dokter Satria harus masuk kedalam bujukanku.
"Kemarin Alesya menemui saya, anak bapak menangis dan memohon untuk membatalkan pernikahan kita asal bapak tau? Saya pikir dulunya bapak adalah seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab" ujarku sinis diakhir kalimat. Sekilas aku melirik si dokter yang sekarang terlihat mengetatkan genggamannya pada stir kemudi, wajahnya datar dan aku sama sekali tidak tau apa arti dari ekspresinya tersebut.
"Kamu cukup terima saya"
Hell, apa apaan itu? Panjang lebar aku bicara malah si pria tua ini tetap kekeuh pada keinginanya. Aku memalingkan wajahku dan mendengus tak suka saat merasa bulir air mata jatuh di pelupuk mataku. Sialan, kenapa aku malah cengeng begini? Aku tidak tau kenapa hingga aku harus menangis di saat seperti ini, mungkin ini adalah bentuk dari frustasiku yang tidak bisa membujuk pria ini.
Kami sampai 20 menit kemudian di rumah sakit swasta terkenal tempat si bapak praktek. Asal kalian tau selama perjalanan setelah percakapan canggung tadi, kami sama sekali tidak bersuara alias saling diam ditempat.
Tanpa mengucap sepatah kata, aku keluar mendahului beliau yang ingin membukakan pintu untukku, aku tidak tahan dengan situasi seperti ini.
Aku tidak sejahat itu untuk menerima perlakuan romantis dari seorang suami dan ayah orang lain."Pagi dok..."
"Selamat pagi dokter Satria"
"Pagi"
Sapaan seperti itu sangat sering terdengar kala aku dan dokter Satria berjalan beriringan menuju ruangannya. Ingat beriringan! Aku berjalan di depan sedangkan beliau dibelakang. Enak saja jika aku berjalan mengikutinya, seorang Selena terlalu menjujunjung tinggi harga diri untuk melakukannya.
"Kamu tunggu disini, Selena... Saya akan praktek sebentar lagi" ucap pria itu begitu kami telah memasuki sebuah ruangan yang bertuliskan ruangan Dr. Satria Putra Algana tersebut. Aku berdehem menjawabnya, dan tak lama setelah itu terdengar pintu yang ditutup dari luar yang artinya Dokter Satria baru saja keluar.
'Maafkan aku, ya Allah Swt. Mungkin ini teguran darimu untukku yang sering durhaka ini... Ini terlalu berat, aku tidak ingin terjebak di antara tangisan dan kebahagiaan sebuah keluarga yang mungkin hancur sebentar lagi' batin ku sendu.
***
"Sah?"
"Saaaaaah"
Air mataku jatuh begitu saja setelah kata 'sah' serempak diucapkan. Saat ini aku berada didalam kamar ditemani mbak Rossa dan Shanon dengan sebuah tab yang berada di pangkuanku. Tab yang menampilkan gambar situasi di lantai bawah, tempat diadakan nya acara ijab qabul yang dilakukan Dokter Satria.
Lihatlah Selena, kau sudah jadi istri orang. Ucapkan selamat tinggal pada kebebasanmu!!
"Dek" panggil Shanon saat mendapatiku yang lagi lagi melamun.
"Selamat ya, dek. Kamu telah sah menjadi seorang istri" kata Mbak Rossa memelukku. Aku tersenyum miris tetapi masih punya hati untuk membalas pelukannya.
"Kakak sangat terharu sekali melihat cara suamimu mengucapkan ijab qabul dengan lantang dan tegas" Aku mendelik sinis mendengar penuturan Shanon yang membuat ku tanpa sadar melepas pelukan mbak Rossa.
"Terimakasih kak Shanon, kuharap ini terakhir kali aku memanggil mu kakak" kataku yang langsung membuat Shanon terdiam di tempatnya. Aku tidak peduli jika kalian mengganggapku jahat dan tidak tau diri, kalian hanya tidak tau bagaimana rasanya berada di posisiku. Dinikahkan pada usia muda disaat masih ada kakak yang bisa menggantikan kalian.
"Udah, sekarang sebaiknya kita turun dan menemui suami adek" ucap mbak Rossa melerai ketegangan diantara kami. Mbak Rossa dan Shanon berjalan dengan hati hati seraya mengamit tanganku untuk menuruni satu persatu undukan tangga. Semua mata memandangku dengan senyum manis dan bahagia yang kentara, banyak sekali terdengar pujian untuk penampilanku sebelum aku dintarkan menuju Dokter Satria yang sangat tampan dengan jas putih dan peci yang dikenakannya.
Aku berdiri gugup di depan dokter Satria yang telah sah menjadi suamiku, aku memejamkan mata begitu aku merasan sebuah benda kenyal nan hangat yang menyentuh keningku.
"Assalammualaikum, Istriku" lirih Dokter Satria yang hanya bisa didengar olehku. Aku tertegun begitu merasakan wajahku basah oleh air mata yang kuketahui jelas milik siapa ini? Dia menangis. Secara reflek aku memeluknya dan menepuk punggungnya dengan senyum miris yang terpampang dikedua mataku
_
Tahun ini aku melalui banyak kejadian dan kejutan yang tak terduga, rasanya baru kemarin aku menangis bersama Nindy dan Bianca karena tugas awal semester yang banyaknya minta ampun. Rasanya baru kemarin aku dan Mario main kucing kucingan dibelakang keluargaku dengan tawa yang selalu menghias.... Dan rasanya baru kemarin aku-- banyak sekali kata tak terduga yang bisa kuucapkan, yang jelas tahun ini menjadi saksi bisu perubahanku atau kehancuranku?
Terimakasih mama
Terimakasih papa
Terimakasih Bang Sam
Shanon, terimakasih
Kali ini aku minta maaf, jikalau nanti aku tidak bisa lagi menyayangi kalian seperti sedia kala... Terlalu banyak memori indah yang pernah kalian berikan hingga aku sedikit kaget dengan perubahan sikap kalian. Aku tidak akan pernah melupakan papa dan mama yang tega menikahkanku dengan seorang pria beristri dan begitu rela anaknya dijadikan istri kedua...
Aku tidak dendam, tapi sedikit kecewa dengan keluargaku. Itu saja! Dosakah?
Love Selena
xx November xxxxT.b.c
Gaje ya? Maaf kalau aku terlalu kejar target dengan mempercepat acara pernikahannya yang jatuhnya jadi tidak jelas begini! Tapi demi apapun aku lebih suka kehidupan After Married dari pada Before Married... 🤗
Love you kalian dari author super gaje ini, jangan lupa vote dan coment ya dear...:-)

KAMU SEDANG MEMBACA
SELTRIA
Romance[NEW COVER] Wajib Follow sebelum baca✨️ ××× Dia Selena, gadis belia yang harus merasakan ketidak-adilan dalam hidupnya. Semuanya kacau berantakan karena sedari awal dia sudah salah dalam memilih, namun ketahuilah bukan hanya itu saja keadaan terburu...