Masa Lalu Satria

7.2K 348 9
                                        

Ini tidak ada kaitannya dengan chapter sebelumnya ya, dear! Ini hanya lah sedikit dari memori Satria dan Amanda bagi kalian yang menyukai pasangan ini🤭
...

Pov Satria

Aku diberi nama Satria Putra Algana karena mami selalu mengatakan padaku jika aku adalah seorang kesatria yang akan selalu bisa membuatnya aman. Aku mencintai keluargaku sama seperti mereka yang juga sangat mencintaiku. Itulah kenapa aku menerima saja perjodohan yang mami ajukan padaku dengan salah seorang anak temannya. Dia bernama Amanda Alora. Amanda adalah gadis cantik yang sangat baik, dia begitu perhatian padaku yang itu tengah sibuk sibuknya dengan ujian naik kelas. Ya saat itu kami masih sama sama duduk di kelas menengah atas.

Setiap hari Amanda tidak pernah absen mengingatkan jam makanku, di juga terkadang mampir kerumah untuk membawa makanan titipan ibunnya untukku. Aku menerima sepenuhnya perhatian yang diberikan Amanda karena saat itu aku juga tidak memiliki kekasih dan teman dekat wanita.

Kami menjalani hubungan selama beberapa bulan dan tibalah saatnya mami menyuruh ku untuk segera melamar Amanda untuk menjadi istriku, aku sempat menolak karena saat itu kami masih sangat muda untuk usia pernikahan. 17 tahun. Namun mami memberi pengertian kepada kami jika mereka pun dulunya menikah muda dan sampai sekarang masih tetap langgeng.

Semuanya terasa serba salah, di satu sisi aku tidak ingin menikah dini karena jalanku yang masih panjang. Aku takut sekolah ku nantinya akan terganggu karena pernikan ini. Namun disisi lainnya mami dan ibunya Amanda terus mendesak kami, katanya tidak baik berlama lama berpacaran tanpa status yang jelas. Beliau takut kami kebablasan dan bisa berakibat fatal. Mendengar bujukan mereka, Amanda mendatangiku dan ikut membujukku.

"Benar kata ibu dan mami mas, lebih baik kita menikah saja! Aku takut hubungan kita kandas begitu saja di tengah jalan" lirih Amanda.

Aku semakin pusing mendengarnya, ternyata Amanda berharap banyak padaku yang pada saat itu belum terlalu yakin untuk mengikatnya. Aku mempertimbangkan usulannya karena tidak tega juga menolaknya, dan jadilah kami menikah di usia yang masih sangat muda di awal semester dunia perkuliahan. 18 tahun.

Sebelumnya kami, aku dan Amanda telah sepakat untuk menunda momongan terlebih dahulu karena aku takut kehamilan membuat Amanda susah menjalani kuliahnya. Amanda menurut saja dan ya, kami menjalani rumah tangan dengan semestinya hingga tibalah saat itu terjadi. Saat dimana Amanda mengaku hamil kepadaku yang baru saja pulang dari kegiatan kampus. Tubuhku panas dingin mendengarnya, antara bahagia dan kecewa. Bahagia karena sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah, dan kecewa karena Amanda telah melanggar kesepakakatan yang juga dibuat demi kebaikannya. Ternyata dia tidak pernah meminim pil penunda kehamilan yang kubelikan untukknya. Katakan aku brengsek, tapi demi tuhan aku juga ingin punya anak, tapi tidak diusia sekarang yang berpotensi menganggu kuliah kami, terkhususnya untuk Amanda sendiri. Aku telah merenggut masa mudanya, jangan jadikan aku alasan sebagai penghancurkan pendidikannya. Amanda meminta maaf dan meyakinkanku bahwa ia bisa. Kami bisa jika menjalaninya bersama sama.

Aku percaya saja dengan ucapannya dan dengan sangat hati hati menjaga calon buah hati kami. Hingga suatu ketika Amanda mengeluh jika dia tidak bisa lagi melanjutkan kuliah nya karena kehamilan tersebut, padahal waktu itu usia kandungannya masih berjalan bulan ke tiga dan dia mengeluh tidak kuat. Aku tidak bisa berbuat apa apa selain menuruti keinginanya yang ingin berhenti kuliah dan istirahat saja di rumah. Setiap hari mami dan ibu berkunjung untuk menemani Amanda jika aku sedang tidak berada dirumah.

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang