Nadia

2.9K 213 17
                                    

"Nin, gue gak ngerti metode ini. Maksudnya gimana sih? Apa gue pindah metode penelitian aja kali ya?"

"Ya elah jangan kek orang bodoh gitu ye Selena sayangku yang bahenolnya ngalahin kylie Jenner. Udah tau ada suami pintar dirumah, ya maanfaatin lah"

Selena mendengus mendengar jawaban Nindy dan kembali menatap layar laptopnya. Satria memang selalu membantu mengerjakan skripsinya tapi tetap saja otak Satria tidak setara dengannya. Setiap apa yang dijelaskan pria tersebut, malah lebih sering masuk telinga kanan keluar telinga kiri olehnya. Juga, jurusannya tentu jelas berbeda dengan Satria yang berkecimpung dalam dunia medis.

Seakan teringat sesuatu, Selena menatap kedua sahabatnya dengan tatapan memohon disertai dengan ekspresi memelas.

"Beliin rujak dong please" Nindy dan Bianca langsung mendengus kesal mendengarnya. Sekali dua kali sih mereka masih sabar mengahadapi tingkah sahabatnya itu, namun kalau berkali kali siapa yang tidak kesal coba? Yang ngehamilin siapa, yang repot mereka.

"Males ah, El. Kang Rujak biasanya ada di fakultas teknik. Meskipun sekalian cuci mata kesana, tapi capek juga anjir. Lo kira jarak fakultas kita ke sana, deket?" Balas Nindy kesal yang membuat Selena mencebikkan bibirnya yang demi tuhan jika Satria ada disini, pasti dia akan langsung mengarungi istrinya itu. Nindy dan Bianca saja yang wanita tulen sampai gemas melihatnya.

"Bi, beliin ya ya! Calon ponakan lo pengen soalnya"

"Terus aja lo kambing hitamin calon ponakan gue ya, El. Gue mah bisa apa? Menolak pun sia sia rasanya. Mana sini uangnya! Gue mau cari cowok gue dulu, mana tau lagi gak ada kelas dia, kan? jadi bisalah nganterin gue kesana"

"Serah lo, Bianca. Yang penting cepat ya. Jangan kelayapan dulu lo sama cowok lo ke semak semak"

"Sialan lo, El. Astagfirullah untung lo lagi hamil, kalau gak udah gue kebiri lo"

"Pergi ajalah, Bi. Mumet gue liat wajah lo lama lama. Mana udah mau muntah gue liat nih skripsi" celetuk Nindy tiba tiba yang membuat Bianca menatap tajam padanya.

"Syirik aja lo jomblo" semprot Bianca sebelum pergi dari sana.

___

"Dok!" Satria terkesiap begitu salah seorang mahasiswi koas yang begitu tidak sopannya melambaikan tangan di depan wajahnya. "Iya?" Tanyanya kesal.

"Ehmm, Saya masih belum paham s-sama" ujar gadis itu gugup. Satria mengernyit bingung melihatnya, kenapa tiba tiba gadis itu berubah menjadi gagap? Belakangan ini pria itu selalu memperhatikan tingkah para mahasiswa mahasiswi yang koas di rumah sakit ini dan selalu ada ada saja tingkah aneh mereka, terlebih lagi itu kepadanya.

"Eh gak jadi dok, saya permisi dulu" ujar gadis yang ia ketahui bernama Nadia tersebut.

"Tidak sopan" ucap Satria kesal. Waktunya terbuang gitu saja karena meladeni gadis tadi, apalagi lamunan nya akan Selena langsung buyar seketika.

Lain dengan keadaan Satria saat ini, Nadia yang tengah berjalan sambil menenteng buku catatanya terlihat tengah senyum senyum sendiri.

"Kenapa, nad?" Tanya seorang pemuda yang juga koas sama seperti nya.

"Aku baru ketemu dokter Satria" ujarnya masih dengan senyum mengembang.

"Eh gak sopan begitu, Nad. Kita belum diinstruksikan buat tugas. Gimana kalau dokter Satria merasa terganggu? Kamu gak takut sama nilai?" Tanya teman nya was was. Nadia yang memikirkan kebenaran ucapan temannya seketika menjadi was was.

"Ih ngeri juga! terus gimana dong? Mana tadi dokter ganteng itu balas nya singkat singkat lagi. Alamat overthinking nih aku nanti malam" keluh Nadia dengan pandangan lesu nya.

"Kamu nya sih kegenitan, udah tau dokter Satria udah punya istri. Udah dua lagi. Masih saja kamu gangguin" kekeh teman nya yang lain.

"Gak papalah dokter Satria banyak istri. Diakan tampan, mapan, lembut, walapun bukan ke aku sih lembutnya. Jadi gak masalah dong buat dikagumi"

"Terserah kamu aja deh, Nad. Jangan kecewa aja nantinya. Istri keduanya kata orang cantik banget"

Nadia mendengus tak suka mendengar ucapan teman seperjuangannya itu. Gini gini dia primadona di kampusnya, memang siapa sih yang akan mengalahkan kecantikannya?

___

"Makasih ya kakak Bia" sambut Selena antusias begitu Bianca mengulurkan rujaknya pada Selena sambil mendengus sinis. Selena baru saja mengejeknya dengan panggilan 'Kakak Bia' yang udah jelas merujuk pada panggilan dari kekasih Bianca untuk gadis itu sebelum mereka jadian dulu, fyi pacar Bianca merupakan junior mereka di kampus.

"Eh gue bentar lagi mau pulang deh, ngerjain ini dirumah aja. Capek soalnya, mau tidur dulu" celetuk Selena tiba tiba yang dibalas anggukan oleh kedua sahabatnya tersebut. Entahlah bagaimana sifat wanita hamil, yang jelas kedua gadis tersebut tahu bagaimana mageran nya Selena semenjak hamil. Kerap kali dia tertidur di kelas saat dosen sednag menjelaskan materi.

"Gue aja yang antar lo, El" tawar Nindy yang dibalas anggukan semangat oleh Selena. Tadi pagi dia diantar suaminya jadi dia sama sekali tidak membawa kendaraan.

Sekitar setengah jam kemudian, Selena sudah bersiap siap memasukkan semua peralatan kuliahnya termasuk laptop kedalam tasnya.

"Yuk Nin pulang"

"Bentar aelah, gue belum siap siap" ketus Nindy yang masih belum menyusun barang barangnya. Sedari tadi dia hanya sibuk sendiri dengan ponsel genggamnya.

Sembari menunggu Nindy, Selena menghubungi Satria untuk mengabarkan pria itu bahwa dia pulang terlebih dahulu Bersama Nindy dan tidak usah menjemputnya.

Setelah mendapat balasan 'hati hati' dari suaminya, Selena lantas bangkit karena Nindy juga sudah beres bersiap siap. Keduanya jalan bersama-sama menuju parkiran tempat motor Nindy terparkir. Sunyi senyap mendominasi perjalanan kedua makhluk cantik tersebut.

"Gue liat akhir akhir ini hubungan lo sama suami lo adem ayem ya, Sel. Gue turut bahagia melihatnya, tapi bagaimana dengan perasaan lo yang akan terus menjadi istri kedua dokter Satria?" Tanya Nindy yang kemudian menutup mulutnya yang dengan lancang mengucapkan kalimat sampah tersebut. Perlahan, gadis itu menolehkan kepalanya kepalanya kebelakang dan meringis melihat ekspresi datar sahabatnya itu.

"El, gue--"

"Gue tahu betul pertanyaan lo itu Nin. Gue juga bingung gimana kehidupan gue kedepannya. Tidak mungkin gue akan di posisi ini selamanya karena gue bukan wanita baik yang ikhlas" Selena terkekeh ketika mengucapkannya.

Nindy hanya bungkam mendengarnya, dia berani bertaruh bahwa ada seribu cara yang sudah disusun Selena didalam kepalanya karena dia tau bagaimana sifat dan tabiat sahabatnya tersebut. Selena memang wanita yang sangat baik disamping kebiasaan masa lalunya, tetapi tidak menutup kemungkinan jika wanita yang akrab dia panggil 'Ele' ini akan melakukan sesuatu yang diluar batas karena Selena tidak sejahat yang orang kira dan tidak pula sebaik yang orang kenal.

---

"Selamat malam, dok" sapa Nadia gugup begitu berpapasan dengan Satria yang berjalan menuju parkiran sembari menenteng tas kerjanya, tampaknya pria tinggi tersebut hendak pulang kerumah setelah menyelesaikan tugas prakteknya hari ini. Satria menoleh kesamping dan menemukan Nadia yang berjalan beriringan dengan rekannya sembari tertunduk malu. "Ya, seperti yang kamu liat. Saya duluan ya" tanpa berniat berlama lama atau sekedar basa basi, Satria bergegas memasuki mobilnya dan mengeluarkannya dari area parkiran.

"Eh dok---"

"Diam Nad, gue udah peringatin lo berkali kali untuk stop ganggu dokter Satria. Demi tuhan gue pengen lulus koas ini dengan membawa nilai sempurna, jangan karena sikap lo dan karena lo teman gue kita gagal, Nad" ucap temannya gemas sembari menatap kesal Nadia yang hanya mempoutkan bibirnya kesal.

"Serah gue lah"

TBC

Mohon maaf untuk hiatusnya😭, sumpah aku pengen banget buat update tapi keadaan yang tidak memungkinkan karena beberapa alasan. Terima kasih bagi yang udah setia, dan mohon maaf karena kelamaan update kalian pada lupa jalan ceritanya:)


SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang