Kamu Kembali?

2.4K 222 11
                                    

Sejak beberapa jam yang lalu, ponsel Selena tak berhenti berdering namun sang empunya masih pulas sembari memeluk erat putranya. Sedangkan Arsen, yang tadinya malas membuka matanya akhirnya mau tak mau harus menyesuaikan cahaya di kelopak mata mungilnya. Dia terganggu mendengar suara ponsel ibunya.

"Ami, itu bunyi bunyi telus" ujarnya menggoncang pelan bahu Selena berkali kali yang membuat mata lentik wanita itu mengerjap membuka.

"Ada apa, baby?" Tanyanya lembut. Arsen menunjuk pada ponsel ibunya yang tergeletak di samping wanita tersebut. Selena kaget dan langsung menyambar ponselnya. Deringannya memang sudah tidak terdengar lagi, tetapi puluhan pesan mampir di layar utama ponselnya begitu dia membuka kuncinya.

Deg

'Papa?' Lirih Selena dengan dada yang berdegup kencang. Perasaannya terasa tidak enak sekarang karena Samuel dan Santi tak berhenti mengiriminya pesan yang menyuruhnya datang segera ke Rumah Sakit. Kemarin, Papa dan Mamanya tersebut menyuruhnya pulang terlebih dahulu kerumah yang dari kecil sampai sebelum menikah menjadi tempatnya kembali. Selena yang kasian melihat putranya yang menahan kantuk dan lelah karena perjalanan jauh tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya untuk membawa Arsen pulang dan istirahat ditempat yang tentunya lebih nyaman.

Sekarang dia tengah bergegas untuk bersiap siap secepat kilat menuju Rumah Sakit. Bahkan dia hanya mencuci wajah dan menggosok gigi tanpa perlu repot repot untuk mandi. Setelah selesai menggantikan pakaiannya dari piyama ke baju yang lebih pantas, dengan terburu buru dia menggendong putranya untuk dititipkan ke salah seorang pekerja dirumah ini yang telah Selena kenal baik sebelumnya.

Buru buru dia menghidupkan salah satu mobil milik Sharon yang berada di bagasi sambil sesekali menghapus air matanya. Pikirannya tengah kacau saat ini akan segala kemungkinan yang terjadi menerpa papanya, bahkan rengekan Arsen yang meminta untuk ikut bersamanya sama sekali tidak diperdulikannya. Anak itu menggila dan menangis di gendongan wanita tua yang akan mengasuhnya hari ini.

Tidak butuh waktu lama bagi Selena untuk sampai di pelataran Rumah Sakit  karena selain jaraknya yang lumayan dekat, juga dia mengendarakan mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata. "Papaaa" tanpa sadar dia membuka kasar pintu ruangan VVIP yang di huni Wira dengan keras sehingga membuatnya menjadi sumber perhatian semua orang termasuk pria tampan yang sukses membulatkan matanya dan menegang sempurna.

"Selena?" Pekiknya tanpa sadar dengan dada beedegup kencang. Sama sekali tidak terpikirkan olehnya akan bertemu lagi dengan Selena hari ini dan di tempat ini.

Selena, wanita itu sama sekali tidak memperdulikan sekitarnya karena baginya papanya yang paling utama saat ini. Pria paruh baya tersebut terlihat memandangnya lemah sambil sesekali terbatuk keras. Air mata tak hentinya mengalir dari pipi pucatnya, entah itu karena rasa sakit yang ditanggungnya atau hanya karena melihat kedatangan dirinya. Disamping Wira terdapat keberadaan Shanon, Samuel dan Santi yang tak henti hentinya menangis seraya mengutarakan kata kata penenang untuk papanya.

"Papa..... hiks" Selena menghambur kepelukan papanya sembari menangis tergugu. Dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi kepada pria tersebut apalagi dia bisa dengan jelas merasakan nafas tak beraturan Wira di dadanya.

"Na---k, Paa---pa mohoh, uhuk, ca---rilah kebahagiaan---mu..., Mama Al---ana merin---dukan Papa" ucap Wira terbata bata berusaha untuk mengucapkan dengan benar kata kata yang keluar dari mulutnya. Selena yang mendengarnya menggeleng tak percaya  sambil sesekali mengusap air matanya yang tak henti hentinya mengalir deras. Masih segar dimemory nya bagaimana papanya selalu mengantar jemputnya ke sekolah meskipun terkadang dimarahi oleh mamanya, tentang bagaimana Wira yang selalu merayakan ulang tahunnya dimana Santi yang selalu beralasan sibuk disetiap tahunnya, dan tentang bagaimana pria tersebut tadi malam mengutarakan keinginanya untuk menemani cucunya bermain dan menggendongnya ketika dia sudah sembuh. Papanya masih baik baik saja tadi malam, masih semangat untuk berjuang.

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang