Maaf

7.7K 423 2
                                    

Aku terlonjak senang begitu kakiku menapaki lantai teras rumah sakit swasta ini dan berteriak seperti orang gila saking bahagianya. Papa dan bang Samuel geleng gelang kepala menyaksikan tingkahku yang bagai keluar dari penjara tersebut. 2 minggu di rumah sakit sudah cukup membuatku jera, kau tau rasanya lebih baik digebukin dari pada menderita menginap disini selama itu.

"Terimakasih dok" ucap papa sopan pada dokter Satria yang mengantar kami keluar. Dokter Satria tersenyum tulus dan menatapku dari ujung matanya. Beliau ikut menggelengkan kepala melihat tingkah anehku yang sekarang memeluk seorang suster yang setia menjagaku selama ini, suster yang pernah kesal karena aku tidak mau untuk cek darah.

"Sudah nak, sekarang ucapkan terimakasih pada dokter" instruksi papa yang membuatku cemberut karena merasa terganggu dari aktivitas memeluk suster Ana yang sekarang berubah menjadi temanku.

Aku menatap dokter Satria yang juga tengah memandangku dengan senyuman yang sama.

"Dok makasih udah rawat aku selama ini, dan kalau boleh saya sarankan dokter jangan terlalu sering tersenyum. Itu gak baik dok, emang dokter mau kalau saya jadi suka sama dokter?" Ucapku asal yang langsung mendapat pelotototan dan tatapan peringatan dari papa dan Samuel.

Dokter Satria terkekeh dan menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Emang kamu mau sama saya?" Balasnya yang membuatku langsung skak ditempat.

"Maaf ya nak Satria, ucapan El jangan diambil hati. Dia memang suka rada ngawur" papa malu dan menatapku tajam.

"Gak papa pak Abraham, anggap saja putri bapak lagi becanda" jawab pria itu maklum.

_

Satria memasuki rumahnya setelah memakirkan mobilnya di dalam bagasi, pria itupun melangkah masuk sambil sesekali memijiti kepalanya dengan pelan. Pasien hari ini lumayan banyak dan pria itu bahkan tak mendapat jatah istirahat yang cukup.

"Amanda" panggilnya pada sang istri yang terlihat sibuk memasak didapur. Wanita yang dipanggil itupun melangkah tergesa menemui suami tampannya tanpa membersihkan tangannya terlebih dahulu.

"Mas udah pulang? Mas mandi dulu ya, aku belum selesai memasak soalnya" jelas Amanda lembut setelah menyalami tangan sang suami.

"Pantas saja kamu bau bawang, ya udah mas keatas dulu ya" satria mengelus kepala Amanda dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Amanda yang mendengar ucapan suaminya barusan langsung bergerak mencium bau tubuhnya sendiri. Wanita itu berdecak pelan dengan perasaan malu.

"Kenapa aku harus sebegini kotornya sih? Mas Satria pasti gak suka liat aku yang begini" gerutu Amanda pelan dan beranjak menuju dapurnya.

Tidak lama setelahnya, seorang gadis masuk dengan pakain lusuhnya yang mencerminkan anak remaja yang baru pulang sekolah. Sebenarnya sekolah sudah bubar sejak pukul 4 tadi, tapi Alesya harus mengikuti pelajaran tambahan untuk olimpiade yang akan diikutinya dua minggu lagi.

"Ma, masak apa?" Tanya Alesya seraya memeluk tubuh sang ibu dari belakang. Amanda tersenyum dan berbalik untuk mencubit pipi tembem Alesya yang dibalas kerutan tak senang dari putrinya tersebut.

"Kamu ini ngagetin mama tau nggak? Lebih baik kamu mandi gih baru turun untuk makan malam! Sekalian nanti panggil papamu ya, sayang" Alesya menggangguk paham dan meninggalakn dapur untuk mandi di kamarnya, bisa marah besar papanya jika melihat dia yang kotor seperti itu.
Inilah resiko menjadi anak dari seorang dokter! Harus serba bersih dan perfectsionis.

...

Aku turun dari kamarku dan menyapa seluruh keluargaku yang tengah sarapan dimeja makan. Semuanya menoleh bersamaan kearahku dan memandangku kagum, atau lebih tepatnya tidak menyangka.

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang