Mana Istriku, mi?

9.8K 379 29
                                    

Author Pov

"Mas jangan cerain aku mas!"

Satria diam mematung sambil terus memalingkan tatapannya dari sosok Amanda yang bersimpuh di bawah kakinya. Hatinya terlalu sakit melihat sendiri penghianatan Amanda padanya.

"Kamu sudah terlalu jauh untuk ku gapai, Amanda! Dengan teganya kau bermain api dibelakang aku dan putri kita!"

"Maaf mas aku khilaf. Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa apa lagi sekarang! Tolong mas, setidaknya demi Alesya pertahankan rumah tangga kita" Satria terkekeh sinis mendengar perkataan Amanda yang membawa nama anam putrinya untuk mendapatkan keinginanya.

"Tidak semudah itu!" Gertak Satria murka.

"Oke. Kau boleh menceraikanku tapi kau bawa Alesya bersamamu. Aku akan pergi jauh dari kehidupan mu dan keluargaku, aku tidak peduli jika kuliah mu akan hancur karena menjadi single parent untuk Alesya! Aku sudah bermohon mohoh kepadamu, namun ternyata inilah yang kudapatkan. Ingat mas, aku begini juga karena menikah denganmu, pendidikanku hancur demi melahirkan keturunanmu kedunia ini!!" Satria melotot marah mendengar penyataan Amanda yang seakan menimpakan semua kesalahan kepadanya. Wanita itu sama sekali tidak menyadari kesalahannya dan malah mengancamnya.

"KAU--"

"Aku terpaksa melakukan itu mas... Hiks. Katakan lah.. Hiks aku jahat tapi aku benar benar tidak ingin pernikahan kita berakhir begitu saja, aku sangat mencintaimu mas. Hiks...Maaf karena pernah bermain dengan pria lain dibelakangmu, itu hanya pelarian rasa bosanku. Demi tuhan aku akan berubah setelah ini, aku mohon, sayang!!" Bujuk Amanda lagi dengan air mata yang berlinand di kedua belah pipinya.

Satria memejamkan kesua matanya menahan sesak yang luar biasa pada ulu hatinya. Jika dia hanya menuruti egonya, tanpa pikir panjang dia akan menceraikan Amanda detik ini juga. Tapi dia juga memikirkan Alesya yang akan tumbuh tanpa figur seorang ibu, perasaan maminya yang begitu menyayangi Amanda dan raut wajah leleah papinya yang bersusah payah membiayai kehidupan rumah tangga mereka.

"Kamu menang, Amanda..." Lirihnya pelan.

***

Amanda memandang sendu tubuh suaminya yang tergelatak tak berdaya di atas brankar rumah sakit dengan alat alat kesehatan yang menopang tubuhnya. Ingatannya melayang ke beberapa tahun silam saat dia melakukan kesalahan besar yang membuat suaminya kecewa terhadapnya, ternyata dia juga sama saja dengan Selena yang pernah menyakiti suaminya.

"Bangun, sayang!" Lirihnya seraya menggenggam telapak tangan Satria yang terasa hangat. Alesya yang melihat keadaan ayahnya juga ikut merasakan kesedihan yang sama dengan sang ibu. Rasa bencinya makin menjadi jadi pada Selena yang kemungkinan besar menjadi penyebab ayahnya terluka seperti ini. Apalagi ibu tirinya tersebut sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya di rumah sakit tempat ayahnya dirawat.

"Ca, tidur nak! Wajah kamu terlihat pucat!" Amanda yang menyadati jika saat ini sang putri tengah demam panas langsung menyuruhnya untuk istirahat. Alesya dari tadi siang selalu setia menemaninya menanti suaminya sadarkan diri. Sekarang sudah tengah malam namun Satria belum kunjung sadar juga membuat ibu dan anak itu cemas bukan main.

"Kapan papa bangun, ma?" Tanyanya sedih, tak menanggapi perintah ibunya barusan.

"Sebentar lagi papa akan bangun. Tidurlah! Kalau papa telah sadar mama akan membangunkanmu"

"Baikalah, ma!" Baru saja Alesya hendak memejamkan matanya sebelum seseorang membuka pintu ruangan dengan tergesa gesa.

"Satria!! Ya ampun, nak!" Amanda yang melihat sang mertua datang langsung menyalami wanuta tersebut. Rupanya tidak hanya ibu mertuanya yang datang melainkan Bastian dan istrinya juga. Mereka langsung pulang dari luar kota setelah Amanda memberitahu bahwa Satria masuk rumah sakit.

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang