Trauma

3.6K 358 36
                                    

Masih Author's Pov ya!!

___

Satria menatap Amanda yang sedang menggulir ponselnya dan sesekali tertawa jika ada hal lucu yang dilihatnya.

"Mama tiba tiba berteriak dan berlari mencari papa ke kamar, kemudian berteriak lagi saat tak mendapati papa di kamar. Caca khawatir mama kenapa napa"

Satria menghela nafas berat saat mengingat ucapan putrinya tadi, tanpa diberi tahu pun Satria tau kalau trauma Amanda kambuh kembali sehingga membuat wanita itu berteriak tidak jelas hingga pingsan.

"Mas liat deh mas, lucu ya" tiba tiba Amanda menyodorkan ponselnya kearah Satria dan menunjuk sebuah foto bayi laki laki yang sangat lucu. Satria menghela nafas lelah melihatnya dan hanya memberi anggukan serta senyum tipis.

"Andai aja kita bisa punya anak lagi"

"Jangan bahas itu Manda!" Ucap Satria tegas yang langsung membuat Amanda kesal mendengarnya.

"Kenapa mas? Apa karena aku gak bisa hamil lagi?" Tanya wanita itu geram.

Lagi. Satria hampir muak menghadapi masalah yang sama. Jika bukan karena maminya, sejak dari dulu pria itu ingin menceraikan Amanda.

Sejak mengetahui Amanda hamil entah anak siapa waktu itu, Satria geram dan mengancam akan menceraikannnya. Namun, di hari yang sama Amanda malah menusuk perutnya sendiri didepan wajah Satria sehingga selama dua bulan penuh, Amanda koma dan janinnya tidak dapat di selamatkan, kemudian kabar yang lebih buruk lagi ialah Amanda tidak akan pernah bisa punya anak karena rahimnya terpaksa di angkat. Bukan seperti itu keinginan Satria sebenarnya, dia ingin menyuruh Amanda meminta pertanggung jawaban dari pria tersebut dan pergi jauh menjauh dari hidupnya. Namun, wanita itu malah memilih memperumit semuanya.

Teringat jelas bagaimana ekspresi ibu mertuanya dulu yang bersimpuh di kaki Satria dan memohon untuk tidak menceraikan putrinya termasuk maminya yang ikut ikutan memaksanya. Katakanlah Satria lemah dan bodoh karena mau maunya menuruti keinginan gila itu. Tapi, mau gimana lagi. Dia waktu masih muda dan belum bisa berpikir jernih ditambah lagi dengan ucapan ibunya yang seakan menyudutkannya.

"Hanya satu yang mami ingin dari kamu Satria, jangan ceraikan Amanda. Kamu lihat kan, dia masih trauma dan selalu mencari cari kamu saat kamu tak berada disampingnya. Ingat nak, dia masih ibu dari Alesya, putri kamu. Anggap saja ini permintaan mami dan ucapan terima kasih kamu kepada mami yang telah melahirkan dan membesarkanmu selama ini"

Satria tentu saja geram dengan perkataan gila ibunya itu, namun saat mendapati Amanda kembali datang membawa sebuah pisau dapur, wajah Satria langsung pucat detik itu juga. Tak dipungkiri saat itu masih ada sedikit rasa sayangnya pada Amanda di samping semua perbuatan wanita tersebut.

"Lakukan Satria, katakan kamu tidak akan menceraikannya, nak. Manda, tenang ya sayang, mami lagi usaha bujukin suami kamu" ucap Erlin berusaha menenangkan menantu kesayangannya itu.

"Gak mau mami. Amanda gak bisa hidup tanpa mas Satria. Tolongin manda, mi, hiks"

"Satria, mama mohon nak. Katakan pada istri kamu bahwa kamu tidak jadi menceraikan nya" Bahkan ibu mertuanya langsung bersujud di kaki Satria saat itu juga.

"Mami bilang ini sebagai pembayaran karena mami telat merawatku kan? Baiklah, mi. Aku tidak akan menceraikannya agar mami tidak perlu merasa menyesal telah melahirkanku. Dan jika suatu saat nanti, aku menemui kebahagiaanku yang lain. Kalian yang ada disini jangan pernah lagi ikut campur dalam urusanku termasuk kamu, Amanda"

Sejak peristiwa itulah Satria berusaha berpura pura terlihat menyayangi Amanda agar trauma wanita itu tidak kambuh lagi. Karena satu bentakan saja, Amanda akan kembali mengingat saat saat dulu Satria sering membentaknya ketika mengetahui dia hamil anak dari pria lain.

"Istirahatlah" ucap Satria berusaha lembut.

Amanda mendengus mendengarnya namun tetap menuruti untuk kembali berbaring di ranjangnya.

"Istri dua duanya ada disini ya, dok. Hahah pusing pasti nih yang mana yang mau dirawat"

Satria memutar bola mata malas saat melihat dokter Kevin memasuki ruangan diikuti para perawat di belakangnya.

"Diam lo kevin" sungutku yang mengundang tawa puas dari teman seperjuangannya itu.

Dr. Kevin memeriksa kondisi Amanda dan terlihat berbicara kepada seorang suster sebelum berbalik menatap Satria.

"Keadaan Amanda sudah jauh lebih baik saat ini, saran gue aja lebih baik turuti semua keinginannya dan jangan biarkan traumanya bangkit lagi. Mohon maaf kata ya Sat, kalau traumanya sering bangkit kayak gini, bisa bisa pihak rumah sakit bisa merekomendasikan nya ke rumah sakit jiwa" Satria hanya mendengus mendengarnya.

***

"Hallo guys! Today's video is about making you confident with your appearance"

Bianca melambai lambaikan tangannya dengan antusias di depan kamera milik Selena yang hanya bersungut sungut melihat kelakuan sahabatnya tersebut.

"Kita sahabat yang punya chanel youtube ini ya guys! Gue Bianca dan sebelah gue Nindy, kita disini--"

"Udahlah Bi. Gak mood gue" potong Selena sambil mengambil kameranya dan mematikan benda itu.

"Ih gimana sih, El?! Followers lo pada nungguin, gak kasian lo? Gak enak tau digantungin, hilang aja tanpa kabar kayak buaya kang gosthing diluar sana"

Nindy memutar bola mata malas melihat tingkah Bianca yang menurutnya sangat tidak tau tempat. Orang lagi sedih malah diajakin nge-vlog, apa gak gila namanya?

"Gue cuma mau lo gak ngerasa sedih lagi, El! Bilang sama kita lo mau apa?"
Tanya Bianca lagi.

"Gue gak--hueek"
Bianca dan Nindy terkejut mendengar  suara Selena dan saling berpandandan satu sama lain saat melihat gadis itu berlari ke kamar mandi sambi menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Tak lama mereka kemudian mengejar Selena dengan perasaan yang khawatir di raut wajah mereka.

"El, lo gak papa?" Tanya Bianca sembari mengusap usap punggung sahabatnya yang masih berusaha mengeluarkan makanan dari dalam mulutnya. Bianca dan Nindy makin khawatir sama melihat tidak ada makanan apapun yang keluar dari mulut sahabat mereka, yang keluar malahan cairan putih yang hanya akan membuat tubuh Selena melemas .

Benar saja, tak lama kemudian padangan Selena mengabur dan jatuh pingsan di pelukan Nindy.

"Kita kerumah sakit sekarang!" Teriak Bianca histeris. Tentu saja mereka khawatir, Selena baru tadi malam keluar dari sana dan sekarang malah akan masuk lagi.

***

"Jangan bohongin abang sama Shanon, ma! Siapa orang tua kami?"

"Apalagi ini, Sam!? Kalian mau membunuh mama, iya!? Kemarin anak itu datang dan menyerang mama, sekarang kalian juga mau berbuat yang sama" Santi mengerang frustasi sambil memijit kepalanya ketika putra dan putri nya datang dan tiba tiba menanyakan sesuatu yang sangat di hindarinya.

"Kami gak bodoh, ma! Selena saja yang masih kecil dari kami, mama bawa pas mama dan papa masih belum nikah. Terus kami gimana? Dari mana mama memungut kami?!" Teriak Shanon histeris. Samuel menahan pundak adiknya yang mau jatuh ke lantai akibat emosi yang tak tertahankan darinya.

"Kalian sudah menyadarinya, ya?" Wira datang dengan wajah datar yang membuat kakak beradik tersebut membalikkan badannya dan menatap pria yang mereka panggil papa selama ini.

T.B.C

Makin banyak yang bakal kebongkar ya! So, jangan pada bosen. Ini cerita masala nya banyak huhuhu

Kalian kemarin gak sadar ya, ada yang janggal sama Samuel dan Shanon setelah mendengar cerita Alana....?

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang