Maaf

8.4K 388 16
                                    

Back to Pov Selena

Aku mengguyur seluruh tubuhku dengan rasa jijik yang luar biasa, banyak tanda kepemilikan yang telah di buat pria bajingan itu pada tubuhku. Leher, dada, perut dan paha semuanya penuh dengan kissmark memuakkan ini. Beberapa kali aku menggosok bagian tubuhku dengan sangat kasar, malah rasa jijik yang semakin bersemayam. Aku membenci tubuhku sendiri! Aku membenci tatapan nafsu pria bajingan tersebut pada tubuhku ini.

"Hiks... Gue kotor!"

"Kau sangat indah, sayang!"

"Hiks...Hiks"

"Jangan please!! Aku akan semakin membencimu setelah ini"

"Kau tidak boleh melakukannya, tidak ada yang boleh membenciku! You are mine"

"Akhhh, sakit!!" Aku menangis kencang seraya mencengram kuat bahu kekarnya demi menyalurkan rasa sakit yang luar biasa pada daerah intimku. Pria itu dengan tega nya memasuki ku yang belum siap sepenuhnya.

"Selena! You are still virgin?" Tanyanya kaget dengan Sorot tak percaya di kedua matanya, apalagi begitu melihat aliran darah yang mengalir di bagian bawahku. Melihatnya, hatiku makin tercubit perih saat mengetahui bahwa dia pun tidak mengganggap ku suci selama ini. Pantas saja dia dengan sombong dan percaya dirinya menikahiku, pria itu pasti merasa jika hanya dialah yang mau menikah denganku. Yang akan menjadi satu satunya pria yang mau menerima perempuan kotor ini.

Pria bajingan itu sama saja dengan keluargaku! Hanya melihat semuanya dari sisi luarnya saja. Mereka memperlakukanku tak jauh beda dengan jalang yang bisa mereka atur seenaknya. Tanpa harga diri yang harus mereka pertimbangkan.

"Shit, doble shit!! Gue manusia!!!!!! Hiks.... hiks" di sela tangis ku tiba tiba saja terlintas nama Mario yang mungkin saja sudah tidak mengingatku lagi.

Sebrengsek brengseknya pria itu, Mario itu tidak akan pernah mau merusakku sedikitpun. Dia pernah berjanji akan melakukannya begitu aku telah sah menjadi istrinya. Namun, ternyata takdir kami tidaklah berakhir seindah itu. Dan aku tidak mau menyesali semuanya, tidak akan menyesali keputusan yang berawal dariku, tidak mau menyayangkan kebahagiaan pria itu yang sedang bahagia bersama gadis barunya. Karena aku sadar semua kesalahan berasal dariku. Aku hanya akan berdoa yang terbaik untuknya dan kebahagiaanya.

Meski disini aku hidup sengsara tanpa kehadiranya.

Untuk terakhir kalinya aku mengguyur seluruh tubuhku dengan air shower sebelum mengambil badrobe dan mengenakannya. Pun aku langsung melengos keluar untuk berganti pakaian. Namun, sedetik kemudian langkahku terpaku begitu melihat genangan darah yang sudah membeku di depan pintu kamar mandi. Aku menggeleng kasar saat bayangan mengerikan itu muncul kembali kepermukaan. Bagaimana pria bajingan itu merenggut kesucianku secara paksa dan merendahkan harga diriku. Dan bagaimana dengan beraninya aku melemparkan benda berbahaya tersebut kearahnya..

"Tidak... Aku pasti akan dipenjara setelah ini!!" Pekikku panik seraya meremas rambut basahku. Tanpa pikir panjang aku menuju lemari pakaian dan memasukkan beberapa helai pakaian dan mengenakan salah satu dari mereka untukku pakai. Aku tidak mau mati sia sia di penjara. Persetan dengan keadaan Satria, aku lebih menyangkan hidupku yang berjalan sia sia di balik jeruji besi.

Setelah sedikit berkemas, aku menarik koper biru langit itu untuk pergi bersamaku dari rumah ini. Aku akan pergi dengan setidaknya menginap di kos kosanya Nindy atau nggak Bianca. Diantara seluruh keluargaku, tidak ada yang mengenal baik kedua gadis itu sebagai sahabatku saking tidak pedulinya.

Dengan mantapnya aku menuruni tangga minimalis rumah ini dengan sesekali menghapus air mata yang mengalir di kedua pipiku, pun dengan rasa sakit yang mendera organ intimku saat ini. Demi tuhan, ini sakit sekali dan aku tidak akan pernah melupakan kejadian itu.

SELTRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang