"Apa sus? Udah pulang?" Tanya Alesya kaget.
"Iya dek, kemarin malam sudah diperbolehkan pulang" jawab perawat tersebut ramah dan kemudian dia pamit undur diri.
Alesya kecewa mendengarnya, pasti papanya bakalan sedih dan merasa bersalah setelah mengetahui hal ini.
Anak itu tidak tau saja kalau ibu tirinya tersebut masih di rumah sakit ini tapi berada di ruangan yang berbeda.
***
"Banyak makan buah ya, sayang! Kandungan kamu lemah banget. Jangan banyak pikiran, kasian baby nya" Selena tersenyum mendenarnya. Dokter Meida sangat baik padanya dan mau mengabulkan keinginannya untuk tidak memberitahukan apapun kepada suaminya. Dia hanya tidak mau Satria tau mengenai kehamilannya. Lebih tepatnya, Selena belum siap. Dia saja masih berusaha menerima janinnya apalagi dengan suaminya nanti.
Udah dua hari dia berada disini dan terkadang, Selena masih lupa kalau sekarang dia tengah berbadan dua. Tadi malam dia tidur telungkup sehingga perutnya otomatis terhimpit, untung saja dokter Meida datang untuk mengeceknya, kalau tidak Selena tidak tau apa yang bakal terjadi.
"Ih calon anak yang jenius nih baby nya sama kayak papanya" Setidaknya dengan kehadiran dokter Meida yang selalu menghiburnya, Selena merasa tidak kesepian lagi dan terhibur. Kerinduan akan kehadiran orang tua membuat Selena mudah begitu saja dekat dengan dokter baik tersebut.
"Udah semester berapa sekarang Selena? Dokter Satria sering banget cerita tentang kamu, katanya kamu masih kuliah dan aktif gitu depan kamera. Dulu dia pernah minta pendapat kami tentang kado apa yang cocok untuk istrinya, kami suruh saja dia beli kamera karena katanya kamu suka kegiatan seperti itu. " Selena tersenyum tipis mengingat kamera yang diberikan suaminya pas mengisi acara di kampusnya dulu.
"Udah semester 7 dok"
"Wah udah semester tua ya, berarti udah sibuk sibuknya mikirin skripsi nih" Sebisa mungkin dokter Meida akan terus mengajak istri dari rekannya ini berbicara. Selena masih syok akan kehamilannya sehingga dokter Meida harus ekstra hati hati, wanti wanti Selena bisa melakukan sesuatu yang bisa membahayakan kendungannya sendiri.
"Hehe iya dok" sahut Selena berbohong. Apanya yang sibuk? Judul untuk skripsinya saja belum terpikirkan oleh Selena karena banyaknya masalah yang datang.
"Hmm Selena, saya tau kalau Satria berada dirumah sakit ini. Dia diruangan Amanda, kenapa kamu tidak mau mengampirinya? Saya dengar trauma Amanda kambuh lagi makanya dia tidak sempat kesini. Kamu jangan mikir yang aneh aneh ya, nak. Kami disini tau seberapa besar sayang Satria kepadamu"
Selena menunduk mendengarnya. Dia tahu dia egois tapi apa tidak bisa sebentar saja lelaki itu menjenguknya, minimal menelphone nya barang sebentar? Apa segitu parahnya penyakit Amanda sehingga untuk memegang ponselnya aja dia tidak bisa?
"Iya dok, wajar kok mba Amanda istrinya"
"Tapi kamu juga istrinya, Selena. Jangan bilang seperti itu"
"Saya istri kedua, dok. Tidak pantas saya mengeluh karena masalah sesepele ini. Dokter tenang saja, saya tidak akan marah kok sama dokter Satria. Saya maklum" jawab Selena lirih sembari meremas ujung gaunnya
Dokter Meida mengelus kepala Selena dengan sayang, entah apa yang terjadi pada anak malang ini. Selama merawat Selena, tidak pernah sekalipun dia melihat keluarga gadis itu datang menjenguk. Dokter Meida tidak mau menanyakannya disaat suami Selena sendiripun tidak pernah mengunjunginya.
"Baik baik didalam perut ibumu ya, Baby" dia mengusap perut rata Selena dengan lembut sebelum beranjak keluar dari ruangan tersebut.
Selena yang telah ditinggal sendiripun, memilih untuk membuka ponselnya dan mencari apapun itu tentang topik kuliahnya dan menanyakan tentang tugas tugas serta materi yang ia lewatkan. Bagimana pun keadaannya, Selena wajib menamatkan kuliahnya. Dia tidak mau seperti Alana dan Revan yang menghancurkan pendidikan nereka karena terlibat suatu masalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
SELTRIA
Romance[NEW COVER] Wajib Follow sebelum baca✨️ ××× Dia Selena, gadis belia yang harus merasakan ketidak-adilan dalam hidupnya. Semuanya kacau berantakan karena sedari awal dia sudah salah dalam memilih, namun ketahuilah bukan hanya itu saja keadaan terburu...