Julian keluar dari kamar setelah mendapat pesan dari mantannya. Mengatakan jika ada hal yang ingin Jingga sampaikan padanya. Tentu saja hal itu tak diketahui oleh Jihan, karena ia tak memberitahunya. Bahkan ia juga mengendap-endap keluar kamar.
Julian dapat melihat punggung gadis yang tengah membelakangi-tengah memperhatikan langit-sesaat dia baru saja berada diambang pintu teras samping.
"Apa yang mau lo katakan?" tanya Julian to the poin yang langsung membuat Jingga berbalik kearahnya dan menatapnya dengan teduh.
"Apa nggak ada lagi kesempatan kita kembali?" Julian hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Disaat dia mengakhiri hubungan mereka, disaat itu pula ia menutup segala kemungkinan kembalinya hubungan mereka.
"Kenapa?"
"Bukannya gue udah jelasin alasannya?"
"Gue tau. Tapi kenapa? Kenapa lo akhiri hubungan kita? Hubungan yang lebih lama dari pernikahan lo sama si PHO itu!"
Julian mengepalkan tangannya yang berada di samping tubuhnya itu. Ada rasa kesal di hatinya saat Jingga mengatakan Jihan sebagai penyebab rusaknya hubungan mereka. Mungkin orang lain dan dirinya yang dulu juga akan beranggapan seperti itu. Tapi sekarang dia tidak, berakhirnya hubungan mereka karena takdir dan pilihannya. Seperti pernikahannya bersama Jihan yang juga merupakan takdir.
"Gue nggak pernah merasa kalo Jihan ngerebut gue dari lo. Gue yang mau hubungan kita berakhir, Jihan nggak pernah maksa ataupun suruh gue."
Jingga menunduk. Ia menangis. Hatinya sakit.
"Ga, gue minta anggap hubungan kita sebatas kakak dan adik ipar. Gue juga minta lo buat simpan aja semua kenangan masalalu kita," sambung Julian.
Jingga menggeleng dengan deraian air matanya. "Nggak semudah itu, Yan!"
"Diri lo aja yang nggak mau membiasakannya!"
Setelah itu, tak ada yang berbicara lagi. Hanya isakan dari Jingga yang mendominasi.
Tiba-tiba tubuh Julian terpaku karena mendapat pelukan tiba-tiba dari Jingga. Gadis itu tidak memberikan tanda ataupun meminta ijin padanya untuk memeluknya.
Julian sama sekali tak membalas pelukan itu karena masih terkejut dan karena ia juga tak ingin lebih memberikan harapan lagi pada Jingga yang tak mungkin bisa ia tepati lagi.
"Gue masih cinta sama lo, Yan."
Julian langsung mendorong tubuh mungil Jingga menjauh-melepas pelukannya-sesaat setelah ia mendengar pengakuan gadis itu.
"Lo tau, lo terlihat sangat menyedihkan! Mengemis-ngemis cinta dari gue yang udah punya istri!"
Jingga menatap tajam pada Julian dengan sisa-sisa air mata yang masih membekas di matanya. Untuk pertama kalinya Julian mengatakan hal semenyakitkan padanya. Ini lebih membuatnya terpukul. Kata-kata seperti itu yang keluar dari mulut orang yang sangat dicintai pasti sangatlah menyakitkan.
"Lo ngucapin kata-kata itu ke gue?" Jingga menatap Julian dengan tatapan tak percaya penuh luka. "Iya gue menyedihkan! Semua itu karena gue cinta sama lo!"
Jingga ingin sekali berteriak pada Julian. Menyampaikan rasa sakit hatinya dengan keras di hadapan cowok itu. Tapi sayang ini sudah malam, ia tak ingin membuat orang yang ada di rumah ini bangun dan melihat kebersamaan mereka. Apalagi pertemuan mereka secara diam-diam. Coba bayangkan jika orang lain yang melihatnya, pasti akan berpikiran yang tidak-tidak.
"Terserah lo. Gue muak sama sikap lo yang kayak gini! Mengemis-ngemis cinta sama gue." Setelah mengatakan itu, Julian langsung beranjak pergi dari sana menuju kamar istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julian Untuk Jihan [COMPLETED]
Teen FictionRank #8 julio [2 September 2020] Rank #6 julio [11 September 2020] Rank #5 julio [14 September 2020] Rank #10 takdianggap [19 Oktober 2020] Rank #9 takdianggap [2 November 2020] Rank #4 julio [22 November 2020] Rank #7 takdianggap [1 Januari 2021] R...