22. Bukan Cemburu, Cuma Iri Aja!

1.3K 87 7
                                    

Semua mata sekarang tertuju padanya saat pertama kali ia memasuki gerbang. Bukan dengan tatapan sinis ataupun mencibir karena ia berangkat bersama Julio, tapi karena penampilan barunya sekarang.

Jihan dapat mendengar bisik-bisik itu dengan jelas.

"Itu Jihan? Kok bisa?"

Jihan tersenyum geli, ntahlah bagian mana yang menurutnya lucu.

"Kenapa bisa dari upik abu jadi cinderella?"

Sungguh, saat ia mendengar itu ingin rasanya ia tertawa dengan keras. Tapi ia hanya dapat menahannya di dalam hatinya saja.

Julio yang berjalan disampingnya, mendekatkan kepalanya pada Jihan. Bukan, maksudnya kearah telinga Jihan. Cowok itu berbisik, "gila, lo bisa bikin seluruh penjuru sekolah menatap lo dengan tatapan kagum, bukan mencemooh lagi."

"Perubahan gue keren dong berarti," balas Jihan berbisik.

"Jelas lah." Setelah itu mereka memasuki kelasnya. Sama seperti saat ia berada di koridor, di kelas pun semua temannya menatap Jihan kagum.

Jihan berjalan menuju bangkunya yang berada di belakang diikuti oleh Julio. Saat baru saja ia mendudukan pantatnya dikursi, seorang gadis yang duduk didepannya berbalik menatapnya-salah satu gadis yang mengghibahinya kemarin dan mengatainya-dengan tatapan kagum, terkejut, dan sepertinya tak percaya juga.

"Lo murid baru?" tanya gadis itu yang dibalas gelengan kepala oleh Jihan.

"Bukan. Gue Jihan." Gadis yang diketahui bernama Nina itu sedikit melotot dan berdecak. "Kok bisa?"

"Kenapa? Keget? Atau iri karena kalah saing?" sindir Julio secara terang-terangan. Pasalnya ia tau kalo gadis di depannya ini suka sekali mencemooh Jihan dulu dengan terang-terangan ataupun dengan sindiran. Jihan tak pernah cerita padanya, tapi ia tau dengan sendiri.

Nina menatap tajam pada Julio maupun Jihan. "Iri? Buat apa? Walaupun dia udah cantik, nggak akan bisa merubah image cupunya." Gadis itu menatap sinis pada Jihan. "Culun mah culun aja, nggak usah sok glow up jadi cantik." Setelah mengatakan itu, Nina berbalik dan menatap ke arah papan tulis yang yang masih kosong karena bel masuk belum berbunyi.

Julio berpaling menatap gadis disebelahnya yang hanya diam saat mendapat perkataan seperti itu. "Lo ngga papa?" tanyanya.

"Emang gue kenapa?" Bukannya menjawab, Jihan malah balas memberikan pertanyaan.

"Lo nggak sakit hati dikatain gitu? Maksud gue, lo kan udah berusaha secara total merubah diri lo tapi ternyata masih aja orang-orang nggak nganggep kehadiran lo."

"Lah buat apa gue sakit hati. Itu persepsi setiap orang, gue nggak bisa membuat semua orang suka sama gue, gue juga nggak bisa merubah hati dan pikiran orang untuk nggak benci sama gue."

Jihan tersenyum tulus. "Seperti kata lo, gue berubah untuk diri gue sendiri, walaupun gue nggak bisa merubah pikiran orang lain untuk suka sama gue atau orang-orang menjadi mau berteman sama gue, tapi setidaknya sekarang gue udah mulai memiliki kepercayaan diri."

"Kepercayaan diri penting kan?" Senyum Jihan semakin merekah setelah mengatakan itu.

"Ya lo bener." Setelah itu, bel masuk sekolah berbunyi dan tak lama guru laki-laki setengah baya memasuki kelas.

***

Jingga yang saat itu tengah makan siang di kantin bersama kekasihnya sedikit menoleh saat sosok kakaknya yang melintas disampingnya. Yang membuatnya memberikan perhatian penuh pada kakaknya yang walaupun kakaknya itu hanya sekedar melintas adalah karena penampilan baru dari Jihan.

Julian Untuk Jihan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang