20. Jalan-jalan

1K 78 6
                                    

Saat jam pulang sekolah, tentu saja semua siswa SMA Andromeda berbondong-bondong keluar kelas dan pulang menuju rumah mereka masing-masing. Sama seperti anak kelas XII IPA 4, mereka kelas dengan sedikit berdesak-desakkan. Terbukti dari pintu masuk kelas yang penuh dengan anak manusia.

Tapi tak biasanya Jihan mau ikut berdesak-desakkan seperti ini. Ia melakukan itu untuk mengejar Pricilla yang beberapa menit sudah keluar dari kelas. Tentu saja Julio mengikuti aksinya ini, tapi cowok tak bertanya sedikitpun alasannya.

Akhirnya mereka berhasil keluar, Jihan sedikit berlari di koridor untuk mengejar Pricilla yang ternyata tak jauh darinya.

"Pricilla," panggilnya yang membuat sang empunya nama menoleh.

"Tawaran lo tadi masih berlaku kan?" tanya Jihan saat sudah berhadapan dengan Pricilla. "Gue mau ikut."

Julio yang berada disebelahnya langsung menoleh dengan cepat dan menatap gadis itu bertanya-tanya. "Kenapa tiba-tiba? Bukanya tadi lo nggak mau?"

"Mungkin kata-kata lo bener. Mungkin kalo gue berubah menjadi lebih baik, gue bisa dihargai." Jihan menatap Pricilla bertanya. "Boleh kan gue ikut?"

Pricilla tersenyum senang. "Tentu saja boleh, tawaran gue selalu berlaku kok."

"Lo mau ikut nggak, Yo?" tanyanya pada Julio.

"Jelas ikut. Lumayan bisa JJS, Jalan-Jalan Sore." Julio menaik-turunkan alisnya dengan percaya diri. "Tapi gue bawa motor. Gimana?"

"Yaudah motor lo titipin aja ke pak satpam, nanti pas pulang diambil dan lo kesanya naik mobil gue sama Jihan," usul Pricilla.

"Males gue bolak-balik. Gue ikutin aja ya pake motor dari belakang, nanti sekalian kalo pulang Jihan biar gue yang nganterin pulang."

"Gitu ya?" Pricilla beralih menatap Jihan. "Gimana menurut lo?" tanyanya meminta pendapat.

"Ya udah gitu aja. Biar gue ntar baliknya ma Julio, kasian lo nya kalo harus nganterin gue pulang dulu," tutur Jihan yang dianggukin Pricilla.

Mereka telah sepakat dan segera menuju parkiran untuk mengambil kendaraan masing-masing. Pricilla dan Jihan yang menaiki mobil, sedangkan Julio mengikuti mereka dari belakang menggunakan motor.

Tak lama, mereka telah sampai di salah satu mall ternama yang ada di pusat kota. Mereka masuk bersama dengan berdampingan kedalam mall.

"Lo minus berapa?" tanya Pricilla.

"2," jawab Jihan singkat.

"Oke kita ke optik langganan gue dulu." Pricilla menggiring Jihan dan Julio ke arah optik yang letaknya tak jauh dari tempatnya sekarang.

"Lo minus?" tanya Julio bertanya-tanya. Pasalnya ia tak tau jika Pricilla juga memiliki masalah di matanya seperti Jihan.

"Nggak, gue kesana cuma buat gaya aja kok," jelas Pricilla. Mereka masuk ke dalam optik. Disana banyak etalase yang berisi bermacam-macam jenis dan model kacamata.

"Mbak, ada contac lens untuk minus 2 kan?" tanya Pricilla pada mbak-mbak penjaga optiknya.

"Ada." Mbak-mbak itu mengeluarkan semua warna contac lens dengan ukuran minus 2.

"Lo pilih gih," suruh Pricilla pada Jihan yang ada disebelahnya.

Jihan berkedip sekali. Ia bingung. Untuk apa memilih yang menurutnya semua yang ada di depannya ini sama aja? Ia melihat satu-persatu dari contac lens yang ada dihadapannya itu dan ia mulai paham apa yang membedakannya. Warna.

Julian Untuk Jihan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang