49. Ditengah Malam

941 58 13
                                    

Wih baik nggak tuh aku update seminggu 2x. Jadi ramaikan.

Happy reading

***

Setelah sholat magrib, Jihan dan Julian menepati janji mereka untuk tidur satu malam di rumah orangtua Jihan. Mereka berdua sudah pamit kepada Arya dan Jasmine beberapa menit yang lalu dan sekarang mereka tengah berada di dalam mobil menuju ke kediaman Dika.

Tadi setelah pulang makan siang diluar-hasil Julian yang kalah taruhan main remi, Jihan langsung mengemas baju Julian kedalam satu totebag kecil. Gadis itu tak membawa baju apapun selain baju yang ia kenakan sekarang karena disana masih ada beberapa setel baju miliknya.

Sekarang keadaan mobil sangatlah hening. Mereka hanya diam hanya karena tidak ada topik pembicaraan saja hingga tiba-tiba di rumah orangtua Jihan.

Terlihat gerbang rumah dan pintu utama yang sudah terbuka lebar. Mungkin mamanya sudah tau akan kedatangan mereka. Julian memarkirkan mobilnya langsung di garasi saja. Malas jika nanti ia harus memasukannya disaat malam sudah larut, begitu pikirnya.

Tak lama setelah mesin mobil dimatikan, sepasang kekasih halal itu segera keluar dan langsung masuk saja ke dalam rumah lewat pintu utama.

"Assalamualaikum," ucap mereka berdua saat memasuki rumah.

"Waalaikumsalam." Balasan suara dari pria paruh baya itu terdengar dari ruang keluarga. Bahkan pria itu juga melongokkan sedikit kepalanya dari ruang keluarga yang hanya dibatasi oleh lemari pajangan sebagai pembatas antara ruang keluarga dan ruang tamu.

Jihan dan Julian segera menghampiri Dika dan menyalami tangan pria paruh baya itu.

"Mama mana?" tanya Julian saat ia sudah duduk di sofa panjang bersebelahan dengan Jihan sedangkan Dika duduk di single sofa sambil menumpukan satu kakinya pada kaki lainnya dengan tangan yang memegang buku yang tebal.

"Lagi di dapur kayaknya, nyiapin makan malam," jawabnya. "Kalian nanti makan sini ya."

"Ya jelas makan sini lah, Pa. Orang mau nginep juga disini." Kali ini Jihan yang menjawab.

"Kalian udah nyampe? Kapan?" tanya Iren yang berjalan dari arah dapur yang membuat 3 orang yang ada disana menoleh. Wanita itu memang tadi tak mendengar suara kendaraan memasuki kawasan rumahnya, tapi ia mendengar suara orang ngobrol dari ruang keluarga.

"Belum lama kok, Ma," jawab Julian lembut disertai senyuman hangat. Emang menantu idaman.

"Makanan udah siap?" tanya Dika sambil menatap istrinya itu. Iren mengalihkan pandangannya pada Dika. "Udah, Pa."

Dika melepaskan kacamata bacanya pada meja. "Yaudah ayo makan dulu." Semua orang yang ada disana mengangguk dan segera beranjak menuju meja makan, tapi Iren lebih milih untuk melipir ke tangga penyambung lantai satu dengan lantai dua rumahnya untuk memanggil anak bungsunya yang ada di kamarnya. Ntah apa yang sedang dilakukan gadis itu.

Tok tok

"Jingga, ayo makan!" panggil Iren dengan sedikit berteriak di depan kamar putrinya.

Ceklek

Seorang gadis dengan rambut yang dicepol keatas sudah berdiri dihadapan Iren dengan wajah lesu. Mungkin habis bangun tidur. Apalagi gadis ini tengah halangan, sehingga membuatnya bisa tidur dari sore hingga habis magrib seperti ini. Tanpa ada tanggungan melaksanakan sholat maghrib.

"Ayo makan," ajak Iren ulang.

"Hmm." Setelah bergumam tak jelas, ia langsung berjalan dan menuruni tangga untuk menuju ke meja makan dengan langkah yang malas dan sedikit sempoyongan. Nyawanya belum lengkap ke kumpul.

Julian Untuk Jihan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang