Bel istirahat kedua sudah berbunyi. Saat ini, Jihan masih tenang dibangkunya tanpa terusik oleh kebisingan kelas. Ia tengah asik menatap taman belakang sekolah yang bisa ia lihat dari jendela lantai 2 kelasnya ini. Beruntung posisi bangkunya ini sangat strategis, pojok paling belakang yang disebelahnya terdapat jendela besar dengan pemandangan langsung ke taman belakang.
Fokusnya terbuyarkan oleh pesan yang masuk dari ponselnya. Ternyata Mamanya yang mengirimkan pesan untuknya, mengatakan jika nanti saat pulang sekolah ia harus pulang bersama dengan Julian karena mereka harus fitting baju pengantin. Jihan hanya menyetujuinya saja tapi ia tak bisa berjanji jika nanti ia akan benar-benar pulang bersama Julian. Pasalnya, cowok itu pasti akan lebih memilih pulang bersama Jingga dibanding bersamanya.
Memangnya ia siapa harus menjadi yang terpilih oleh Julian? Ia hanya gadis cupu yang dipaksa menikah dengan salah satu cowok keren yang notabenya pacar adiknya.
Ah sudahlah pikirin aja nanti, batinnya yang langsung menlock layar ponselnya dan menaruhnya kembali ke laci karena jam istirahat telah habis yang artinya sebentar lagi kemungkinan guru akan masuk untuk mengisi pelajaran selanjutnya.
***
"Sekarang, lo pulang bareng gue," ucap Julian saat jam pulang sekolah. Cowok itu rela mendatangi kelasnya yang saat itu kebetulan masih banyak temen sekelasnya yang belum pulang. Bahkan Jingga pun saat itu sedang berada disampingnya.
Temen sekelasnya banyak yang terkejut, bahkan ada yang sepertinya ingin menjatuhkan rahangnya saat itu juga. Jingga bahkan memelototi cowok itu dan menyikutnya. "Apa-apaan sih kamu?"
Jihan hanya diam, memikirkan tentang pilihannya. Apakah ia harus ikut pulang bersama dengan Jingga dan Julian yang kemungkinan Julian melakukan itu juga karena suruhan Jasmine atau lebih memilih menaiki taksi untuk pergi ke butik yang Mamanya katakan tadi.
Julian menjentikkan tangannya dihadapan Jihan yang membuat gadis itu terlonjak. "Ngapain bengong? Nggak usah kebanyakan mikir deh, ini amanah."
Akhirnya Jihan mengangguk setuju. "Oke." Setelah mendapat persetujuan dari Jihan, Julian langsung berjalan duluan dengan menarik tangan Jingga pelan walaupun terlihat sekali gadisnya itu tengah menahan kesal. Bagaimana mungkin Jihan akan ikut semobil bersama mereka? Jingga bahkan tak pernah memiliki pikiran seperti itu.
Sementara Jihan masih terus mengekor di belakang sepasang kekasih itu hingga sampai ditempat parkiran. Jingga dan Julian memasuki mobil dahulu. Jingga duduk disamping kekasihnya yang berada dibalik kemudi. Sedangkan Jihan, tangan gadis itu masih menggantung di handle pintu mobil. Ia masih ragu.
Tiba-tiba suara gemuruh terdengar yang membuat Jihan mendongak keatas. Langit mendung yang kemungkinan sebentar lagi akan turun hujan.
Tintin
Jihan langsung tersadar dari keterdiamannya. Ia langsung masuk kedalam mobil, takut-takut jika Julian ataupun Jingga akan marah padanya karena ia yang lama.
Julian langsung menjalankan mobilnya keluar dari kawasan sekolah. Baru sekitar 500 meter perjalanan, hujan turun dengan deras mengguyur bumi. Diam-diam Julian tersenyum senang, karena rencananya akan semakin mulus dengan dukungan hujan deras seperti ini.
Cowok itu menghentikan mobilnya di bahu jalan dan hal itu membuat dua perempuan yang ada disana menatapnya bingung.
"Kenapa berhenti?" tanya Jingga bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julian Untuk Jihan [COMPLETED]
Novela JuvenilRank #8 julio [2 September 2020] Rank #6 julio [11 September 2020] Rank #5 julio [14 September 2020] Rank #10 takdianggap [19 Oktober 2020] Rank #9 takdianggap [2 November 2020] Rank #4 julio [22 November 2020] Rank #7 takdianggap [1 Januari 2021] R...