mengutuk diri karena tidak bisa mengubah alur kisah....
•~•
Luna berjalan lemas dengan sesekali memegangi perutnya yang terus berbunyi.
"Eh Lun, muka Lo pucet gitu? Kenapa Lo? Lagi stres yah? Ahahaha!"
"Eh Luna, sebenernya bapak Lo siapa sih?"
"Ibu Lo juga siapa sih Lun, kasih tau kita-kita dong, penasaran nih."
"Jangan-jangan Lo anak pelacur ya?"
Lucu memang saat semua orang berkata tanpa mengetahui bukti pasti di dalamnya. Mereka berbicara tanpa tau fakta di balik hidup Luna. Tidak, Luna tidak apa-apa. Bukan mereka yang menjalani hidup Luna kan? Jadi, sekuat apapun memaksa mereka berhenti, mereka tetap tidak akan berhenti. Biarkan Luna saja, yang menanggung semua ini sendiri. Luna yakin, dia bisa.
Luna hanya menunduk. Sepanjang koridor kelas XI-IPS, tidak hentinya mereka membully dan mengatai Luna yang macam-macam. Entah tentang keluarga Luna yang tidak tau asalnya, atau karena fisik Luna yang sekarang terlihat sangat lemah.
Dari kejauhan tanpa Luna sadari Sakti dari tadi sudah memperhatikan gerak-geriknya. Bersama dengan teman Sakti yang sedang berkumpul di depan kelas. Ada Bimo juga di sana. Sakti sedang merokok, walau dia tau bahwa di sini sangat ketat di larang merokok.
Luna memegang kepalanya. Melihat ke depan, mengapa semua benda tidak terlihat jelas? Luna tidak tau kenapa ini. Namun dalam hitungan detik seketika tubuh Luna langsung terjatuh ke atas lantai.
Brugh!
Sakti yang melihat pun terkejut. "Sialan, Luna!"
Sakti membuang puntung rokok sembarangan. Lelaki itu langsung berlari menghampiri tubuh Luna yang sudah terkapar pingsan di lantai. Dengan gerakan cepat, Sakti langsung menggendong Luna. Perlakuannya sangat mengundang banyak perhatian. Apalagi teman-teman Sakti. Mereka tidak pernah percaya, jika seorang Sakti mau menggendong wanita yang selama ini selalu jadi bahan bullyannya sendiri.
Bimo melongo. "Sakti kenapa ya."
Melihat Sakti pergi, Bimo langsung berlari untuk menyusulnya. "Sakti, tungguin gue woy!" teriaknya.
***
"Bu, tolong periksa Luna," ucap Sakti panik. Entah ada apa dengannya, namun melihat keadaan Luna seperti ini, seperti ada sesuatu yang sangat membuatnya khawatir.
Guru wanita itu pun, langsung memeriksa keadaan Luna.
"Gimana Bu?" tanya Sakti.
Guru wanita itu terlihat sedih. "Sepertinya dia kekurangan gizi makanan. Sebaiknya setelah dia bangun nanti, tolong berikan dia makanan untuk mengisi perutnya yang kosong. Saya permisi dulu, dijaga yah pacarnya."
"Dia buk--"
Belum sempat Sakti mengelak bahwa Luna bukanlah pacarnya, Guru wanita itu sudah lebih dulu pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...