Wito berada di kantornya. Dia memandang kertas putih di depannya. Surat dari Luna anaknya. Apakah pantas dia membacanya. Setelah apa yang dia perbuat pada putri kandungnya sendiri.Wito memberanikan diri membuka surat itu.
Surat Luna untuk Ayah.
Hallo Ayah, apa kabar?
Bagaimana keadaan Ayah sekarang?
Apa Ayah baik-baik saja?
Apa Ayah bahagia?"Tolong maafkan Ayah Luna, tolong...." Wito memejamkan mata, menahan tangis yang keluar.
Jika Ayah baca surat ini, berarti Luna sudah benar-benar pergi. Luna pergi Ayah... Luna gak ada lagi. Luna pergi dan gak akan kembali untuk selamanya.
Ayah jangan salahkan diri Ayah untuk semua yang udah terjadi di hidup Luna. Ayah gak boleh salahin diri Ayah. Luna mohon, Ayah jangan nangis yah... Jangan jadi lemah ketika Luna udah gak ada di dalam rumah.
Luna sudah tenang di sini Ayah.
Luna bahagia.
Ayah... Sekarang Luna udah pergi. Gak akan ada lagi seorang anak perempuan pembawa sial di rumah Ayah. Gak akan ada lagi anak yang selalu membuat sial keluarga Ayah.
Gak ada lagi Ayah.
Ayah... Kepala Luna sakit... Kepala Luna sangat sakit. Kepala Luna selalu sakit saat malam hari. Luna selalu nangis tiap malam. Luna selalu menahan sakit kepala ini sambil elusin foto Ayah, Bunda dan Kak Deo juga. Tapi kenapa sakit kepalanya gak hilang Ayah? Kenapa rasa sakit itu selalu semakin kencang dan membesar? Kenapa Luna harus sakit sih Ayah?
Boleh Luna jujur? Luna sayang Ayah, Luna selalu ingin sekali dipeluk Ayah. Luna mau tidur dipeluk Ayah. Luna pengen tidur sambil dibacain dongeng sama Ayah. Ayah ingat tidak, waktu Luna umur 5 tahun, Luna selalu minta Ayah bacain dongeng putri salju, tapi Ayah selalu nolak dan malah marahin Luna juga mukul kaki Luna.
Ayah, Luna kemarin dapat juara 1 dikelas. Banyak piala dan piagam yang Luna dapat, dan semua itu hanya untuk Ayah, Bunda, dan Kak Deo. Luna selalu mau persembahin piala-piala itu untuk Ayah. Tapi, Luna gak pernah punya waktu buat kasih lihat semua piala itu sama Ayah. Luna takut kalo Ayah malah marah bukannya bahagia.
Ayah mau lihat pialanya?
Langsung masuk aja ya ke kamar Luna.
Ayah, Ayah itu pahlawannya Luna. Luna akan selalu sayang sama Ayah.
Ayah pernah nampar Luna, pernah marahin Luna, pernah cambukin Luna, bahkan pernah bilang kalo Ayah mau Luna mati, iyakan Ayah?
Doa Ayah terkabul. Doa Ayah sekarang terwujud Ayah.
Gak akan ada lagi yang bakalan rusak perusahaan Ayah dengan sial yang Luna beri. Luna memang pembawa sial ya Ayah?Tapi.... Sebenarnya salah Luna itu apa sih Ayah?
Kenapa Luna gak bisa peluk Ayah?
Kenapa Luna pembawa sial?
Kenapa Luna titisan setan?Tolong jawab Luna Ayah.
"Kamu gak salah sayang, ini salah Ayah! Ayang memang brengsek!"
Ayah jangan nangis. Ayah itu kuat dan gak cengeng kaya Luna. Ayah hebat dalam segala-galanya.
Terima kasih untuk semuanya Ayah. Terima kasih sudah membiarkan Luna hidup walau tidak bisa menua. Terima kasih sudah memberikan tempat tinggal indah untuk Luna.
Luna sayang Ayah.
Terima kasih.
Luna Areva Satriawito.
"Tolong kembali Luna. Ayah mohon kembali."
***
TBC
-
-
-
-
-
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
أدب المراهقينFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...