Apakah ini damai yang aku dambakan selama ini?
***
Luna sedang mandi, di dalam sana Luna bukannya melakukan hal biasanya, melainkan kegiatan yang baru pertama kali dia lakukan saat ini. Duduk terdiam tanpa bergerak, di bawah guyuran air shower yang mengguyur tubuhnya. Tidak tau mengapa, dia hari ini sangat lelah dengan semuanya. Terutama dengan kejadian di rumahnya kali ini, kejadian yang biasanya membuat dirinya tidak merasa terpuruk, kini berubah memburuk. Kejadian tadi membuatnya semakin yakin, yakin bahwa dirinya memang tidak keluarga ini inginkan.
Luna memeluk kakinya sambil menenggelamkan kepala di atas kedua tangan. Dia menangis bersama guyuran air yang terus saja mengalir deras.
"Kapan sih aku bahagia? Kapan Bunda sayang sama Luna? Kapan juga Bunda mau akui Luna sebagai anak kandungnya Bunda sama Ayah, kapan itu terjadi... Luna capek," lirihnya gemetar.
*
*
*Sakti masih memacu kecepatan di atas rata-rata. Tangannya masih setia menarik gas motor dengan begitu lihai. Tanpa dirinya sadari, dua orang pengendara motor sudah berada di samping motor Sakti. Ikut memacu kecepatan motor mereka. Sakti melihat warna motor mereka, dia seperti mengenal warna motor itu, warna motor yang sama percis saat mengejarnya dulu. Anak motor suruhan Rangga. Tidak salah lagi.
Sakti melihat ke depan kembali dan mulai menarik pedal gas sekuat mungkin. Dia berhasil lolos dengan kecepepatan melesat meninggalkan kedua pengendara motor itu. Namun sepertinya dua pengendara tidak mau membiarkan Sakti lolos begitu saja. Mereka bersi keras menyusul Sakti dengan menyamakan kecepatan motor masing-masing.
Berada di area jalan yang sangat sepi. Setiap pengendara berhenti dan turun dari motornya masing-masing. Begitupun dengan apa yang Sakti lakukan saat itu juga. Saat Sakti turun dan melepas helm, anehnya dua pengendara yang total orang sekitar 4 orang itu tidak melepas helm mereka. Keempat orang itu langsung maju melawan Sakti tanpa adanya jeda sedikitpun.
Sakti beberapa kali menghindar dari serangan. Walau dia sekali-kali terpental jauh karena terkena tendangan salah satu orang di sana. Sakti tidak diam, dia membalas serangan bertubi-tubi sama seperti yang orang-orang itu perbuat kepadanya. Pada akhirnya Sakti lebih unggul dari mereka, dia berhasil menumbangkan tiga orang dan menyisakan satu orang saja.
Saat yang terakhir inilah Sakti benar-benar menghabiskan seluruh tenaga untuk menghabisi musuhnya. Dia tidaj akan berhenti sampai musuh menyerah di tangannya.
Bugh
Bugh
BughSemua musuh tumbang. Sakti menghapus keringat dingin di pelipisnya. Dirinya berjalan mendekati salah satu orang yang terkapar lemas tidak berdaya di atas aspal hitam tersebut. Sakti bertanya tegas,"Apa Rangga nyuruh kalian lagi!"
Masing-masing helm sudah dilepas. Sakti jelas mengenal mereka. Anak-anak motor yang dulu juga pernah mengganggunya di jalan.
Orang tersebut menggelengkan kepalanya. Berusaha tetap terjaga dari kesadarannya yang semakin menipis itu. "B-bukan, bukan Rangga!"
"JAWAB YANG BENER! DIA ATAU BUKAN!" bentak Sakti kesal.
"B-bukan...."
"Terus siapa?!" tanya Sakti lagi.
"P-pak Wito!"
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...