Sudah seminggu yang lalu Luna pergi. Surat yang disimpan Luna di dalam laci kamarnya benar-benar ada. Setiap orang sudah memiliki surat itu. Tidak ada yang sanggup membuka surat sama seperti Lana saat ini. Keadaan rumah berubah dratis. Tidak ada obrolan meja makan, tidak ada Lana yang marah-marah. Bahkan Lana sudah seminggu tidak bekerja di butiknya. Dia pikir saat ini butik bukanlah yang dia inginkan. Lana menginginkan anaknya kembali, Lana ingin Luna kembali kepadanya.Lana sendiri di dalam kamar. Wito sedang bekerja meski suasana hatinya sama-sama masih terpukul dengan kematian anaknya.
Sekuat apapun Lana tidak berani membuka dan membaca surat itu. Dia harus tetap membaca surat terakhir dari putrinya. Perlahan Lana membuka suratnya. Tulisan Luna mulai terlihat, dan kini Lana sudah menangis begitu melihat tulisan tangan anaknya.
Lana berusaha membaca surat itu walau dengan isak tangis pilunya.
Surat untuk Bunda
Hallo Bunda.
Lana memejamkan mata saat melihat tulisan itu. Rasanya sesak sekali.
"Maafin Bunda sayang... Maaf."
Apa Bunda sehat?
Bunda baik-baik saja kan?"Bunda sama sekali tidak baik-baik saja saat ini sayang... Maafkan Bunda...." Lana menangis.
Gimana butik Bunda?
"Luna kembali, Luna...."
Jika Bunda udah baca surat ini, berarti Luna sudah benar-benar pergi. Luna pergi Bunda... Luna gak ada lagi. Luna pergi untuk selama-lamanya.
Bunda jangan salahkan diri Bunda untuk semua yang udah terjadi di hidup Luna. Bunda gak boleh salahin Ayah atau diri Bunda sendiri. Luna mohon, Bunda jangan nangis yah... Jangan jadi lemah ketika Luna udah gak ada di dalam rumah.
Luna sudah tenang di sini Bunda.
Luna bahagia.
Bunda... Sekarang Luna udah pergi. Gak akan ada lagi seorang anak perempuan pembawa sial di rumah. Gak akan ada lagi anak yang selalu membuat sial keluarga, Bunda. Gak akan ada lagi Luna yang selalu telat bangun gara-gara bergadang. Gak akan ada lagi Luna yang selalu telat pulang ke rumah. Gak akan ada lagi Luna yang selalu bikin kesel Bunda.
Gak ada lagi Bunda.
Bunda... Kepala Luna sakit... Kepala Luna sangat sakit. Kepala Luna selalu sakit saat malam hari. Luna selalu nangis tiap malam. Luna selalu menahan sakit kepala ini sambil elusin foto Ayah, Bunda dan Kak Deo juga. Tapi kenapa sakit kepalanya gak hilang Bunda? Kenapa rasa sakit itu selalu semakin kencang dan membesar? Kenapa Luna harus sakit sih Bunda? Kenapa Luna sakit dan yang lain enggak?
Boleh Luna jujur? Luna sayang Bunda, Luna selalu ingin sekali dielus rambutnya oleh Bunda. Luna mau tidur dipangkuan Bunda kaya waktu dulu Kak Deo tidur. Luna pengen tidur sambil dibacain dongeng sama Bunda. Bunda selalu bacain dongeng buat Kak Deo, tapi kenapa sama Luna Bunda gak mau? Kenapa Luna dan Kak Deo selalu saja gak sama? Kami selalu berbeda, kami tak sama.
Bunda, Luna kemarin dapat juara 1 di kelas. Banyak piala dan piagam yang Luna dapat, dan semua itu hanya untuk Ayah, Bunda, dan Kak Deo. Luna selalu mau persembahin piala-piala itu untuk Bunda. Tapi, Luna gak pernah punya waktu buat kasih lihat semua piala itu sama Bunda. Luna takut kalo Bunda malah marah bukannya bahagia. Kaya waktu dulu pas Luna masih kecil? Iyakan Bunda?
Bunda mau lihat pialanya?
Langsung masuk aja ya ke kamar Luna.
Bunda, Bunda itu surganya Luna. Luna akan selalu sayang sama Bunda. Bunda malaikat Luna, dan juga guru Luna.
Bunda pernah jambak Luna, pernah marahin Luna, pernah nampar Luna, bahkan pernah bilang kalo Bunda nyesel udah lahirin Luna dan mau Luna mati, iyakan Bunda?
Doa Bunda terkabul. Doa Bunda sekarang terwujud Bunda.
Gak akan ada lagi yang bakalan rusak butik Bunda dengan sial yang Luna beri. Luna memang pembawa sial ya Bunda?Tapi.... Sebenarnya salah Luna itu apa sih Bunda?
Kenapa Luna gak bisa peluk Bunda?
Kenapa Luna pembawa sial?
Kenapa Luna titisan setan?Tolong jawab Luna Bunda.
Bunda, Luna lelah... Luna capek dan mau nyerah aja.
Luna pengen banget rasain pelukan dan elusan tangan Bunda untuk yang terakhir kalinya. Tapi... Mungkin itu cuman mimpi aja.
Luna sayang Bunda.
Terima kasih untuk semuanya Bunda.
Terima kasih.
From Luna Areva to Bunda.
"LUNA BUNDA MOHON KEMBALI!! MAAFKAN BUNDA!!" Lana berteriak histeris.
"Kamu anak Bunda, kamu bukan pembawa sial keluarga. Ini semua salah Bunda, maafkan Bunda... Tolong kembali sayang, kembali sama Bunda...."
***
TBC
-
-
-
-
-
Jangan lupa tinggalkan jejak💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Novela JuvenilFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...