Pelangi itu selalu datang setelah hujan. Dan matahari akan segera bersinar dengan terang.
_____
"Nih buat kamu." Sakti memberikan satu buah buku bersampul warna pink untuk Luna. Gadis itu tentu suka dengan warnanya, tapi pertanyaannya, kenapa Sakti memberikan Luna sebuah buku?
"Untuk aku, tapi kenapa?" tanya Sakti ragu menerima buku itu.
Sakti menaruh buku itu di atas telapak tangan kekasihnya. Seulas senyum ia tampilkan dengan begitu manisnya. "Karena ini pemberian aku, kamu bebas gunain untuk apa aja."
Luna melirik buku itu. "Ini buku diary Sakti?"
Sakti mengangguk. "Hm, kamu bebas isi bukunya dengan apa aja. Kisah tentang aku juga boleh," ucapnya terkekeh.
Luna tersenyum. "Terima kasih Sakti. Luna akan menjaga bukunya."
Sakti mengangguk dan mengacak rambut Luna pelan. "Iya sayang."
Sakti kembali menyalakan mesin motor. "Aku pulang yah, jaga diri baik-baik oke?"
Luna mengangguk. "Iya Sakti."
Sakti pergi melesat dengan motornya. Sedangkan Luna masih diam mematung di tempatnya. Luna kini memandangi buku diary itu. "Aku pasti akan mengisinya Sakti."
Tak lama setelah Sakti pergi, tiba-tiba seorang kurir paket datang menghampiri Luna. Sambil ia berkata, "Permisi mbak, saya mau tanya, benar ini rumah Luna Areva?"
Luna memandang bingung kurir itu. "Iya Pak, itu saya sendiri."
Terlihat senyuman mengembang dari wajah sang kurir. "Ah kebetulan kalo gitu Mbak, ini saya mau kirim paket untuk Mbak Luna. Mohon tanda tangan di sebelah sini ya Mbak."
Luna menandatangani selembar kertas. Setelahnya Luna menerima paket itu. "Tapi Pak, saya gak pesan apapun."
Kurir itu tertawa. "Si Mbak ngelawak. Kalo paket datang ya artinya Mbak sendiri yang pesan. Mbak malahan kasih saya bonus pengiriman. Terima kasih ya Mbak saya permisi dulu."
Luna tak paham apa maksud kurir itu, jadi dia menghentikkan kuriri itu lagi. "Pak, kapan saya bayar?"
Kurir itu berhenti dan menoleh lagi. "Tadi pagi Mbak."
"Ini paket apa Pak?"
"Paket hp Iphone Mbak. Sudah ya saya pergi dulu, masih ada banyak paket yang harus saya antar."
Luna mengangguk dan tersenyum kecil. Kemudian pandangan matanya pokus pada bungkusan paket yang ia pegang. "Apa ini dari kak Rangga, ya?"
"Hallo Nona cantik." Sapaan itu berasal dari Rangga. Entah sejak kapan lelaki itu sudah ada di samping depan tubuh Luna.
Luna yang kaget langsung saja mundur perlahan karena jarak di antara mereka sangat terkikis. "K-kak Rangga ...."
Rangga tertawa kecil. "Iya ini gue."
"Kakak ngapain di sini?" tanya Luna pelan.
Rangga mengusap wajahnya dan menaruh helm ke atas jok motor. "Nungguin lo lah. Oh iya, paketnya udah sampe kan?"
Luna melirik bungkusan paket, dan kembali melirik Rangga. "Ini bener dari Kakak, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...