BAB 25

1.7K 99 27
                                    

Sakti sudah bersiap dengan segala persiapannya. Kini dia masih berada di dalam kamar luas bercat putih itu. Sakti terus saja memandangi pantulan wajahnya di cermin. Sakti kaget, kenapa wajahnya sangat tampan sekali.

"Ganteng banget sih gue," lirihnya terkekeh.

Sakti segera mengakhiri acara bercerminnya. Dia segera mengambil tas dan menggendongnya. Tunggu, Sakti sepertinya melupakan sesuatu. Dia segera merogoh ponsel dari saku celananya. Sakti tersenyum geli melihat jari tangan miliknya, mengetikkan sesuatu untuk Luna.

Luna cantik

Sakti. A : Selamat pagi sayang💓

"Mabok Luna gue," ucapnya terkekeh geli.

Sakti segera berjalan ke luar kamarnya. Kaki jenjangnya bergerak cepat menuruni semua anak tangga. Di seberang sana, lebih tepatnya di area meja makan sudah ada kedua orang tuanya. Andi dan Kia tersenyum saat melihat kehadiran anak semata wayangnya.

"Pagi Sakti," sapa Kia mengelus rambut Sakti penuh sayang.

Sakti tersenyum. "Pagi Mih, Pih."

"Siga bungah pisan si ujang," ucap Andi terkekeh.

Sakti mengacungkan jempol ke arah ayahnya. "Leres pisan bapak. Hate abdi nuju berbunga-bunga dilanda amsara cinta."

Kia menatap geram keduanya. "Bisa gak, kalo ada Mamih bicaranya pake indo aja, kalian tuh kebiasaan. Mamih dicuekin kan jadinya," ucap Kia merajuk.

Andi dan Sakti tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah gemas Kia. Mereka bertos tangan sebagai tanda senang.

Wajar, di rumah ini Andi adalah asli sunda dia berasal dari Bandung kota kelahirannya. Sedangkan Kia, dia asli Jakarta. Dan Sakti, dia mengikuti jejak ayahnya. Yaitu, sama-sama suka bicara sunda.

"Maafin Sakti Mih, abis Papih duluan yang ngomong sunda, yaudah Sakti lanjutin," ucapnya terkekeh.

Kia hanya mendumel dalam hati. Segera ia hidangkan nasi goreng kecap telor ceplok buatannya. Ngomong-ngomong, itu adalah makanan favorite Andi juga Sakti. Mereka berdua itu sepaket kalo kata Kia mah "Bapak sama anak emang sebelas dua belas."

"Oh iya Sakti, nanti kamu ajak Luna ke sini lagi yah, Mamih kangen sama dia," ucap Kia tersenyum.

Sakti melirik Kia. "Sama anak sendiri gak kangen nih Mih?"

Kia memutar bola matanya. "Enggak tuh, kamu emang anak siapa?"

Sakti melotot, bahkan mulutnya sampai terbuka menganga. "Jadi, Sakti bukan anak kalian? Sakti anak siapa dong Mih?"

Andi menahan tawanya. "Kamu anak bagong."

Sakti terkekeh dan melirik ayahnya. "Berarti Papih bagongnya."

Kia melotot sambil tertawa. "Hus! Bercanda kalian itu kelewatan ah."

Andi dan Sakti sama-sama mengangguk diiringi tawa. "Maafin kita," ucap mereka berdua kompak.

"Sakti, Luna itu pacar kamu?" tanya Kia sambil menaik-turunkan alisnya.

Sakti melirik ibunya. "Mm... Gimana ya Mih, mau tau aja atau mau tau banget?" goda Sakti.

Kia kini menatap serius putranya. "Mau tau banget dong."

Sebelum menjawab, Sakti terlebih dahulu minum dan mengambil tasnya. Dia langsung mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Sambil terkekeh dia berkata. "Nanti tanyain Lunanya langsung aja Mih, udah ya Sakti berangkat dulu. Assalamualaikum."

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang