BAB 43

1.6K 70 2
                                    

Ketakutan.


***

Sakti dan Luna kini sudah berada di depan rumah Luna. Wanita itu juga sudah bangun dari tidur lelahnya. Sebenarnya Sakti tidak tega membangunkan Luna pada saat tidur tadi, namun karena Sakti lebih tidak tega melihat kekaasihnya tidur tidak nyaman di atas motor, jadilah dia membangunkan Luna untuk segera beristirahat di rumahnya. Sebelum masuk, Sakti memegang kedua tangan Luna lantas berkata, "Tetap di samping aku mulai besok ya Luna. Aku gak ingin sesuatu hal buruk seperti sekarang terjadi sama kamu."

Luna mengangguk patuh dan tersenyum. "Iya Sakti, maafin Luna karena udah bikin Sakti khawatir tadi."

Sakti mengangguk. "Sekarang kamu masuk dan istirahat yah. Kalau butuh apa-apa, langsung hubungi aku aja yah."

"Iya Sakti, Luna masuk dulu yah."

Sakti memantau Luna sampai gadis itu benar-benar masuk ke dalam rumahnya. Hingga tubuh mungil milik Luna tidak lagi terlihat di balik pintu besar rumah tersebut. Barulah Sakti bisa bernapas lega dan mulai mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Pikiran Sakti berkelana. Ini semua tentang Rangga. Rangga bukanlah orang biasa, Sakti harus berwaspada.

Dari kiri dan kanan motor Sakti tiba-tiba dua orang pengendara motor mencoba memepet motor Sakti. Untuk menghindar, Sakti menambah kecepatan laju motornya melewati dua pengendara itu. Hei, ya Tuhan apa ini? Terlihat dari kaca spion. Pengendara motor yang mengejar Sakti bukanlah 2 orang, melainkan 6 orang. Sakti semakin mempercepat motornya.

Karena tidak ada cara lain selain melawan. Sakti menghentikkan motor dan turun. Pengendara yang lain ikut berhenti dan mulai menghampiri Sakti. Dimulai dari pria tinggi berotot besar, mulai melayangkan pukulan-pukulan pada Sakti. Namun lelaki itu berhasil menghindar dan balas memukulnya.

Bugh!
Bugh!
Bugh!

Sakti melawan mereka ber-enam dengan sisa tenaganya. Meski berbadan besar semuanya, tapi Sakti masih bisa melawan mereka.

Perkelahian berakhir. Semua orang tumbang di tangan Sakti. Dia mendekati salah satu pria yang terkapar dan mulai bertanya, "Siapa yang nyuruh lo bangsat?!"

"R-rangga!" jawabnya kesakitan.

"Brengsek! Di mana dia?!" tanya Sakti lagi.

Lelaki itu tidak menjawab. Membuat Sakti geram sekali dibuatnya. Sakti lantas menendang perut lelaki itu dan pergi meninggalkannya.

Sakti harus balas dendam. Membalas tangis Luna adalah tujuannya. Lihat saja, permainan apa yang akan Rangga mainkan dengannya. Apapun permainannya akan Sakti ikuti. Dia pastikan bahwa Rangga akan mendekap di penjara atas kelakuan bejadnya pada Luna. Lihat saja.

••¢••


"Gue gak kenapa-kenapa. Lo santai aja!" Sasti menghapus jejak air mata di wajahnya.

Bimo menatap heran Sasti. "Lo gak pernah bohong sama gue Sas. Sekarang lo mau bohong?"

"Cerita sama gue siapa yang nyakitin lo!" Bimo memegang bahu Sasti. Sepertinya pria itu khawatir kepadanya.

Sasti menepis tangan Bimo lalu menggelengkan kepala. "Gue gak kenapa-napa Bim."

"Bohong! Pasti ada sesuatu hal yang gak gue tau kan?!" Bimo mencoba mencari tau.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang