Doa yang baik, akan mendatangkan kebaikan
°°°°°
Sakti dan Luna kini sudah berada di parkiran sekolah. Banyak pasang mata yang heran dan terkejut melihat mereka. Kenapa? Sakti itu Ralak. Rajanya Galaksi yang tidak pernah sekalipun terlihat dekat dengan wanita. Apalagi Luna? Dia adalah wanita korban bullying yang selalu menderita. Dan sekarang, mereka berdua berangkat bersama dan sangat terlihat begitu dekat.
Kini, di setiap penjuru sekolah, banyak yang berbisik membicarakan Luna ataupun Sakti.
"Mereka beneran pacaran gak sih?"
"Kok, bisa berangkat bareng yah?"
"Ih, gue juga mau dibonceng Kak Sakti."
"Kok bisa-bisanya sih, si cewek cupu itu bisa berangkat sama Sakti, naik motornya lagi, ini berita paling heboh sih menurut gue."
Seseorang kini menatap jengkel ke arah Luna dan Sakti. Apalagi saat Sakti membukakan helm dari kepala Luna, hatinya bagai dibakar api yang membara. Tangannya tidak henti mengepal menunjukan betapa kesalnya dia saat ini. Bahkan matanya terlihat seperti ingin menerkam Luna.
Widia cemburu. Itu faktanya.
"Ah rese. Awas aja, gue bakal rebut Sakti dari lo Luna!" gumamnya bertekad.
Sakti meletakan helm di atas jok belakang motornya. Lantas ia tersenyum sangat manis ke arah pacarnya. Dengan tangan terulur mengacak gemas pucuk rambut Luna, dia bergumam di dalam hati memuji kecantikan sang pacar.
‘Cantik banget pacar gue ya Allah.’
Luna hanya diam. Bukan karena tersipu malu oleh perlakuan Sakti. Tetapi sungguh, saat ini Luna sedang ketakutan, sampai tangannya bergetar. Diliriknya kanan dan kiri orang-orang, Luna hanya menangkap sirat kebencian dari tatapan semuanya.
Luna menunduk, dia ingin berjalan pergi meninggalkan Sakti, namun lelaki itu tidak membiarkan Luna pergi begitu saja.
"Kamu kenapa?" tanya Sakti mencekal tangannya.
Luna menepis tangan Sakti. Dia ingin kembali berjalan, namun lagi-lagi Sakti menahannya.
"Kenapa aku tanya?" Sakti mulai geram.
Luna menatap Sakti. "Mau ke kelas."
Sakti mengangguk. "Yaudah barengan."
"Enggak," tolak Luna pelan.
Sakti mengerutkan keningnya. "Kenapa?"
"Aku mau sendiri Sakti," jawab Luna kembali menunduk.
Sakti menghembuskan napas panjang. "Gara-gara omongan mereka? Atau gara-gara tatapan iri mereka? Ayolah Luna, kapan kamu belajar percaya diri, kamu harus percaya sama diri kamu sendiri. Aku ada di samping kamu sekarang, apa yang kamu takutin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...