BAB 9

1.8K 107 22
                                    

Luna mendekati Sakti, dia menatap heran pria itu. Saat sadar dengan kondisi tubuh Luna sekarang, Luna segera berbalik badan lalu mengusap cepat air mata yang bercucuran. Dia juga memeluk tubuhnya sendiri, untuk menutupi bagian lengan yang robek tadi.

Sakti berdiri, dia mendekati Luna lalu menyentuh pundak cewek itu.

"Kenapa Lo?"

Luna menggeleng takut.

"Gue di belakang. Lo kira gue setan. Sini ngadep gue, gue lagi ngomong sama lo juga." Sakti membalik tubuh Luna agar menghadapnya.

Kaget. Iya kaget. Penampilan Luna bagai orang gila di mata Sakti saat ini.

"Buset, lo abis dari mana? Kusut amat, baju lo juga robek, Aduh ternyata lo suka main tinju ya?" tanya Sakti heboh.

Memang, kadang-kadang sifat Sakti suka dingin, kadang heboh, juga kadang manja jika sudah ada di dekat ibunya Kia.

"A-aku...."

Luna menunduk. Tiba-tiba saja, bahu Luna bergetar hebat. Ternyata, Luna kembali terisak menangis. Sakti jelas heboh karena terkejut melihatnya.

"Aduh... Lo kenapa?! Jangan nangis dong, heh lo kenapa sih?!" tanya Sakti panik.

"Sakti... Boleh peluk?" tanya Luna memandang Sakti penuh harap.

Sakti melongo. Entah harus berbuat apa dia sekarang ini. Antara mengiayakan atau mentidakan. Arggh... bingung.

Luna menunduk. "M-maaf Sakti, aku salah karena udah lancang."

Sakti menghela napas. Dia merentangkan tangan memanjang. "Sini, sepuluh detik."

Luna mendongak kaget. Dia menatap Sakti tak percaya.

"S-sakti... Kamu...."

"Lelet lo. Dasar siput!" Sakti menarik tubuh Luna untuk masuk ke dalam dekapannya. Memeluk erat gadis itu.

Luna termenung. Dia terdiam membisu di dalam dekapan Sakti. Mimpikah ini? Seorang RALAK sedang memeluknya sekarang. Jika kaum hawa SMA GALAKSI melihat adegan ini, sudah pasti mereka akan mencaci maki Luna.

Luna tersadar, dengan ragu namun pasti, perlahan ia gerakan kedua tangan itu melingkar memeluk punggung Sakti. Hangat, nyaman, dan membuat hati damai. Luna merasakan itu sekarang.

"Udah sepuluh detik." Sakti melepaskan pelukan itu.

Luna mengangguk malu. "Terima kasih Sakti."

Sakti menghiraukan ucapan Luna. Ia justru membuka baju seragam miliknya. Membuat Luna terkejut atas kejadian di depan mata ini. Luna menutup mata.

"S-sakti, kamu ngapain!"

"Pake seragam gue. Seragam lo kotor juga robek." Sakti memberikan seragam kepada Luna.

Luna membuka mata. Tubuh Sakti sudah di balut jaket. Namun masih bisa terlihat jelas bentuk perut roti miliknya.

"Aku gak apa-apa Sakti. Pakai seragam kamu. Kamu bisa sakit nanti," ucap Luna tidak enak.

Sakti tidak menjawab. Dia menaruh seragam itu di atas pundak Luna. Mendorong tubuh Luna untuk menjauh.

"Sana ganti. Gue gak nerima penolakan!"

Luna berjalan ragu. Dia menjauh dan diam di dekat tembok penghalang. Luna akan berganti di sana.

***

Luna dan Sakti duduk bersama di tepi tebing pembatas gedung. Sama-sama menikmati pemandangan juga hembusan angin sore.

Sakti mengambil kotak nasi. Dia memberikannya pada Luna.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang