BAB 18

1.7K 103 9
                                    

Luna cemas, sekarang ini ada ulangan harian di sekolah. Jika dia tidak ikut, maka Luna pasti akan mendapatkan nilai merah. Luna tidak mau sampai itu terjadi.

Suasana ruangan sangat sepi, tidak ada suster apalagi Dokter. Luna berencana ingin kabur. Untung saja tas sekolah dan seragamnya sudah ia minta Pak Maman bawakan ke sini, jadi Luna bisa kabur dan pergi ke sekolah langsung.

Luna melepas jarum rawat yang terpasang di tangannya, dia mencabutnya dengan cepat agar rasa sakit yang di dapat tidak akan banyak. Saat jarum di lepas, Luna buru-buru pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian seragamnya. Kepala Luna sebenarnya masih sakit, tapi dia akan berusaha kuat demi pergi ke sekolah.

🌑🌑🌑

Luna terus berlari di area jalan raya besar ini. Luna sudah berpakaian lengkap dengan sepatu dan tasnya. Keringat Luna mulai bercucuran, dan pusing di kepala pun mulai kembali datang. Luna tidak tau, kenapa kepalanya selalu merasa sakit seperti ini? Apa ini efek gara-gara dia sering dijambak selama ini?

Luna terus memaksa berjalan, hingga tubuhnya tak lagi kuat berdiri. Luna terjatuh lemas ke atas aspal. Untung saja, tidak sedang ada banyak kendaraan yang berlalu lalang, atau para pejalan kaki yang lewat. Luna sesekali memegangi kepalanya lagi.

"Kepala Luna pusing... S-sakit... Ayah, Bunda, Kak Deo tolong...." Luna terua merintih kesakitan. Dia terus saja memegangi bangia belakang kepalanya.

Tin....Tin....

Suara klacson mobil terdengar nyaring. Tanpa Luna ketahui, mobil itu berhenti tepat dibelakang tubuh Luna. Di pengendara mobil tentu saja keluar karena ia sangat mengenali Luna.

"LUNA! LO KENAPA DI SINI!" Sasti panik dan ikut berjongkok memeriksa keadaan Luna.

Luna mendongak, ia tersenyum ke arah Sasti. "Sasti... Kamu di sini?"

"Iya, gue mau ke sekolah, dan lo ngapain di sini? Lo sakit ya Lun?"

Luna menggeleng. "Enggak Sasti, aku gak sakit aku cuman--Ergh... Kepala aku sakit Sasti...."

Sasti panik, dia langsung merangkul bahu Luna untuk membawanya masuk ke dalam mobil.

"Ayo Lun, kita ke rumah sakit."

Luna yang sudah berada di dalam mobil, berusaha keras menggelengkan kepalanya. "Enggak Sasti, aku gak mau."

Sasti bingung sendiri. "Oh oke, yaudah kalo lo gak mau ke rumah sakit, lo harus mau ke rumah gue yah, gak ada penolakan Luna!"

Sasti langsung saja menancap gas segera pergi dari sana menunu ke rumahnya. Baru pertama masuk sekolah sudah bolos saja. Ah tidak papa, Sasti bolos juga karena ingin menolong Luna. Dan untung saja, ayah Sasti adalah seorang Dokter, Sasti jadi bisa tau keadaan Luna di rumah saat sudah diperiksa oleh ayahnya.

🌑🌑🌑

"Ayah! Ayah!" teriak Sasti masuk ke dalam rumah besarnya.

Seorang pria keluar dari ruang kerjanya dan langsung menghampiri Sasti. "Kenapa Sasti? Kenapa kamu berteriak?"

"Ayah, tolongin Luna, dia di dalem mobil aku, cepetan Ayah!" ucap Sasti panik.

Ayah Sasti langsung bergegas berlari menghampiri mobil anaknya. Dia membuka pintu dan menemukan kondisi Luna sudah pingsan. Digendongnya Luna dan segera dibawa masuk ke dalam rumahnya.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang