Sebenarnya, orang ketiga itu tidak ada, tapi ... Dia yang memilih masuklah, yang ada dalam cerita hidupnya.
Memilih masuk karena cinta?
Bukan, tapi karena rasa tertarik dan dendam.°°°°°
Luna tertidur di atas meja makan. Matanya terpejam dengan ekspresi wajah yang melelahkan. Luna tertidur karena menunggu kepulangan keluarganya.
Tok....tok....
Pintu terbuka, terlihak sosok Lana ada di sana. Dia dengan kondisi tubuh lelah sampai sempoyongan masuk ke dalam rumah. Tas selempang berwarna putih ia lempar sembarangan ke atas sofa. Tubuhnya langsung dihempas tidur ke atasnya. Butik Lana sangat ramai, makanya di lembur hingga larut malam.
Bruk!
Luna kaget mendengar suara bising itu, saat matanya melirik ke arah sofa, ia menemukan Lana sudah tertidur pulas di sana. Dengan pelan Luna berjalan menghampiri ibunya.
"Bunda pasti lelah, Luna bantu bukain sepatu healsnya ya Bunda," ucap Luna sambil tangan terulur melepaskan sepatu Lana.
Setelah terlepas, kaki Lana dianhkat naik oleh Luna dan diposisikan lurus agar tidurnya lebih enakan.
"Maaf Bunda, Luna gak bisa bawa Bunda ke kamar. Luna akan kasih Bunda selimut aja. Bunda belum makan, apa Bunda lapar?" tanya Luna sedih mengelus pipi Lana.
Air mata Luna jatuh. Baru kali ini, Luna bisa melihat wajah Lana dari jarak yang begitu dekat. Lana sangat cantik, Luna sangat menyayangi ibunya.
Cup!
Luna mencium kening ibunya. Air matanya bahkan sampai jatuh ke atas permukaan kulit wajah Lana. Segera Luna membersihkan air mata yang jatuh itu. Luna lupa, dia segera berjalan menjauh ke arah kamar Lana untuk membawakan sebuah selimut agar Lana tidak kedinginan.
Saat Luna balik membawa selimut, saat itu juga Wito datang dan langsung berbaring letih di atas sofa panjang yang satunya lagi.
Luna memandang sedih kedua orang tuanya. "Ayah pasti juga lelah."
Luna segera memberikan selimut pada Lana. Setelah itu, Luna berjalan ke arah Wito dan mulai membuka sepatu hitamnya. Hal yang sama Luna berikan pada Wito, yaitu menaikkan kaki ke atas sofa agar nyaman tidurnya.
Cup!
Luna juga mencium kening ayahnya. Air mata juga mengalir saat melihat wajah ayahnya dari jarak yang sangat dekat.
"Luna sangat sayang sama Ayah dan Bunda. Kalian cahaya hidup Luna."
Luna mengambil satu selimut lagi. Tapi, karena selimut di kamar Wito sudah dipakai Lana, jadinya selimut satu ini adalah selimut miliknya. Luna rela kedinginan asal ayahnya bisa nyaman saat tidur. Luna memberikan selimutnya untuk Wito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...