BAB 29

1.4K 71 14
                                    

Rangga menghampiri Deo yang sedang melamun di warung depan sekolah, dia terlihat sedang memendam sebuah amarah.

"Kenapa De, kayanya lo banyak masalah yah."

Deo melirik Rangga sahabatnya. "Tumben lama, dari mana aja?"

"Biasalah, cari target baru buat jadi mainan gue," ucap Rangga dengan entengnya.

Deo menoyor kepala Rangga. "Otak mesum emang gak waras!"

Rangga hanya terkekeh menanggapi ucapan Deo. Tidak tau saja, jika target Rangga sekarang ini adalah orang terdekat Deo. Yang tak lain adalah adiknya sendiri.

‘Lo boleh ketawa sekarang De, tapi entar, gue yakin lo bakalan nangis darah’  batin Rangga.

"Ketua geng Anta angkatan dua belas sekarang gue resmikan Deo Triolenji!"

Rangga yang sudah kenal betul dengan ketua geng lama Anta tentu saja tak terima, dia merasa kehadirannya hanya dianggap angin lewat saja, sedangkan Deo? Anak yang baru bergabung beberapa bulan lalu, dengan gampang langsung diangkat jadi ketua saja.

"Bang, gak bisa gitu dong, dia baru gabung dan gak akan ngerti tentang aturan geng kita!"

"Ini keputusan gue Ga, gue udah liat gimana perkembangan Deo selama bulan ini, dan itu udah cukup buat gue percaya sama dia untuk ganti posisi gue di Geng Anta."

"TERUS GUE GIMANA BANG!"

"Lo masih bisa jadi wakil ketuanya kan?!"

Wakil ketua saja tidak cukup bagi Rangga. Itu sebuah kenyataan yang harus kalian tau dari sekarang. Banyak cara sudah Rangga lakukan demi menyingkirkan Deo. Dan kali ini, rencana Rangga adalah menghancurkan Deo melalui Luna adiknya.

***

"BEGADANG JANGAN BEGADANG ...."

"TE RE RE RET!"

"KALO GAK ADA YANG NGANJANG!"

"TE RE RE RET!"

"BISA-BISA KITA KAYANG!"

"TE RE RE RET!"

"PINGGANG SAKIT KEPALA MELAYANG!"

"TE RE-- perasaan gak nyambung sama lagunya deh," ucap Sasti kesal memukul tangan Bimo.

Bimo terdiam. "Iya juga ya, aneh banget gue."

Sakti segera melepaskan pelukan pada Luna. Lelaki itu tentu saja langsung melayangkan tatapan tajam pada Bimo dan Sasti.

Mereka berdua hanya cengengesan menanggapinya.

Tiba saat di mana mata Sasti menangkap sosok Luna yang sudah banjir air mata. Sontak hal itu membuatnya kaget.

"Luna lo nangis?!" teriak Sasti mulai mendekati sahabatnya.

Luna menggeleng dan tersenyum. "Aku gak papa kok."

Sasti meragu, dia menatap lekat wajah Luna. "Jangan bohong ...."

Luna tersenyum lagi. "Enggak Sasti, aku gak papa."

"Oke, tapi awas aja kalo lo bohong yah."

Luna mengangguk paham.

Bimo mendekati Sakti, dia merangkul bahu temannya itu. "Gimana sih, rasanya ayang-ayangan Sak, kasih tau gue dong, biar pengalaman entar."

Sakti langsung menyikut perut Bimo. Laki-laki itu tentu saja langsung mengaduh kesakitan. "Aduh setan sakit!"

"Dahlah, males hue temenan sama lo," ucap Bimo berniat ingin merajuk.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang