BAB 40

1.6K 68 4
                                    

Bahkan untuk berbicara saja Luna rasanya tidak sanggup.

####

"Sorry Wid,"ucap Sakti.

"Gak papa, dan gue minta maaf yah karena gue Luna marah sama lo. Maaf banget Sakti, habisnya gue gak tau mau peluk siapa lagi waktu itu selain lo," lirih Widia merasa bersalah.

"Lo gak salah, jangan merasa bersalah. Lagi pula kita cuman temen, gak lebih dari itu. Setelah gue baikkan sama Luna, gue bakal kasih tau dia segalanya, lo gak usah khawatir." Sakti

Dan gue gak bakal kasih peluang untuk kalian baikkan.

"DASAR LONTE!" Sebuah tangan menjambak rambut Widia. Widia jelas kaget dengan pergerakan yang sangat tidak  diduga itu.

Sasti dengan marahnya masih setia menjambak rambut wanita itu. Rasanya ingin sekali membuat
rambut Widia rontok semuanya.

"Lo apaan sih! Lepasin rambut gue!!" teriak Widia kesakitan.

Bimo yang kebetulan baru sampai langsung saja menarik tubuh Sasti untuk menjauh dari Widia. Lelaki itu mencoba menenangkan Sasti.

"Tahan dulu emosi lo Sas," ujar Bimo.

Sasti meronta, tangannya masih gatal ingin menjambak terua rambut Widia saat itu juga. "Lepasin gue! Lonte satu ini harus gue musnahin dari bumi! Lepasin gue Bimo!" teriak Sasti kesal.

"Udahlah Sas, tahan dulu emosi lo!"

"Lepasin gue Bimo, lepasin gue!!" teriak Sasti kedua kalinya.

"LEPAS GUE BILANG!!" Sasti masih meronta.

Bimo saat itu juga merasa sangat kesal akibat Sasti yang tidak bisa mengontrol emosinya.

"GUE BILANG STOP! TAHAN EMOSI LO!" bentak Bimo menangkup wajah Sasti untuk menghentikkan pergerakan gadis itu.

Sasti akhirnya diam. Perlahan Bimo lepaskan cengkraman tangannya dari wajah Sasti. Di sisi lain, Widia mengadu pada Sakti tentang betapa sakitnya rambutnya saat ini.

"Sakti, rambut gue sakit," ucap Widia memasang wajah sedih.

Sakti bertanya pada Sasti, "Lo kenapa tiba-tiba jambak Widia?"

Saat itu, suasana emosi yang awalnya sudah redam kembali menggelegar disaat Sakti bertanya dengan begitu santainya.

Sasti berjalan ke arah Sakti. Melihat wajah lelaki itu dengan tatapan tajam.

"Kenapa kata lo? Emangnya merasa gak jijik sama kelakuan lo sendiri?!" tanya Sasti menyindir.

Sakti menaikkan satu alisnya. "Gue?"

"Iya Lo bego!" jawab Sasti.

"Luna mana?" tanya Sasti.

"Terus, ngapain lo bareng lonte satu ini? Berani nyakitin Luna lo hah?!" tambah Sasti mendorong bahu Widia.

"Eh nyantai dong! Gak usah dorong-dorong gue segala!" ucao Widia membela dirinya.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang