BAB 22

1.7K 104 7
                                    

"Sakti kamu gak usah--"

"Gue cinta sama lo Luna!" teriak Sakti menggema.

Luna terdiam membisu. Dia kaget mengetahui fakta baru dalam hidupnya. Seorang Sakti mencintainya? Apa ini kebetulan atau permainan takdir? Apa ini hanya mimpi yang suka mempermainkan pemimpi? Apa ini game yang sedang dipermainkan Luna? Apa ini imajinasi yang selalu tidak akan menjadi sebuah kenyataan?

Sakti mendekat. Dia membelai wajah Luna dan menyelipkan helaian rambut ke belakang  telinganya. Dan Luna? Dia hanya diam memperhatikan semua gerak-gerik Sakti.

Sakti mendekatkan wajah ke depan muka Luna. Luna bisa merasakan hembusan napas Sakti, begitupun sebaliknya. Dan kini, Sakti beralih mendekatkan wajahnya ke depan telinga gadis itu, seraya ia berbisik. "I love you so much."

Luna merinding mendengar bisikan Sakti, tak terasa air matanya sudah luruh seketika. Dia tidak tau kenapa air mata ini keluar dengan derasnya.

"Luna, mungkin sebuah kata-kata gak akan bisa buat lo percaya. Maka dari itu, gue udah siapin keberanian ini buat buktiin semua cinta gue buat lo."

Sakti menarik wajah Luna mendekat padanya, dan menarik pinggang gadis itu untuk mendekat ke arahnya.

Deg!

Bukan. Ini bukan adegan negatif  yang ada dalam benak kalian.

Sakti ternyata mencium kening Luna penuh kasih sayang. Dia setengah memeluk wanita itu agar Luna dapat merasakan cinta yang ia salurkan lewat ciuman kening ini.

"Ini adalah jawabannya Lun," bisik Sakti.

Sakti mengakhiri adegan itu. Dia kini menatap wajah Luna penuh harap.

"Jadi, jawaban lo apa?"

Luna menundukan kepalanya. "Sakti, aku pembawa sial... Jangan deketin aku kalo kamu gak mau bikin hidup kamu sial."

"Jangan gini terus Lun, Stop untuk sebut diri lo pembawa sial! Gue cinta sama lo, itu berarti gue cinta juga sama apa yang ada dalam diri lo, termasuk kekurangan lo!"

"Tapi, Sakti... Aku gak mau bikin--"

"Lo cinta sama gue?" tanya Sakti menangkup wajah Luna.

Luna diam membisu mendapat pertanyaan itu. Munafik jika Luna bilang dia tidak cinta Sakti. Siapa yang tidak bisa mencintai lelaki seperti Sakti? Semua wanita pasti akan mencintai Sakti. Terutama dirinya.

Luna masih diam, dan itu membuat Sakti gelisah setengah mati. "Jawab Lun, lo cinta kan sama gue?"

Luna menggelengkan pelan kepalanya. Sakti yang melihat itu, langsung melepas perlahan cengkraman tangannya. Dia... Berjalan mundur menjauhi Luna dan memandang pedih gadia di depannya.

Selang detik, Sakti langsung menampar wajahnya beberapa kali. Sontak kejadian itu membuat Luna kaget dan berlari menghampiri Sakti untuk menghentikan kegilaannya.

"Sakti Stop! Jangan sakitin diri kamu!" teriak Luna memegang kedua tangan Sakti.

Sakti berhenti. Kini wajah mereka berhadapan dengan kedua mata yang saling menatap.

"Gue terlalu pede Lun, sorry gue kira lo juga--"

"Aku sayang kamu Sakti."

Deg!

Luna memeluk erat tubuh kekar Sakti. Pelukan paling erat, paling hangat, paling damai, dan paling berkesan dalam hidupnya. Waktu seolah berhenti seketika itu. Malam pun seolah ikut berbahagia dengan cara ia membuat sinar rembulan menjadi lebih bercahaya. Beberapa bintang ada yang berkelap-kelip menandakan kebahagiaan mereka.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang