Bugh!
Sakti tersungkur ke bawah. Kini dia dan Deo sedang berada di jalan sepi dekat pepohonan rindang. Deo menyeret Sakti ke dalam hutan, lantas mengajaknya duel tangan.
"Ngapain lo mukul muka gue!" teriak Sakti emosi.
Deo terkekeh. "Gak inget, atau pura-pura bego lo?" tanya Deo kesal.
Sakti menatap Deo heran. "Maksud lo apa?!" bentaknya.
Deo berjalan mendekati Sakti. Menepuk keras bahu lelaki itu.
"Lo udah ngeroyok temen gua! Masih gak inget!"
Bugh!
Deo lagi-lagi memukul wajah Sakti. Kali ini pukulan itu mendarat tepat di samping mulut Sakti, dan sedikit meninggalkan bekas luka yang amat sakit.
Sakti emosi, dia berjalan ke arah Deo dan mencengkram kerah seragamnya. Saat mata Sakti melihat logo seragam Deo, dia langsung menatap Deo lebih tajam dari sebelumnya.
"Oh, lo ternyata murid SMA Pertiwi? Ngapain lo mukul gue bangsat!" bentak Sakti.
Deo menepis tangan Sakti. "Gua gak akan mukul lo kalo lo sendiri gak cari ribut sama sekolah gua. Lo ngeroyok temen gua di club kan! Ngaku lo anjing, dasar bangsat!"
Sebelum Deo akan melayangkan satu pukulan lagi, Sakti dengan cepat menangkis tangan Deo.
"Oh, temen lo yang tai itu?" tanya Sakti tersenyum miring.
Deo geram, dia mengepalkan tangannya kembali. "Bajingan!"
Bugh!
Tidak, kali ini bukan Deo yang lebih dulu menyerang. Tetapi Sakti dengan segala rasa emosi yang sudah ia pendam sedari tadi.
"Pikir pake otak setan! Gak mungkin gue mukulin temen tai lo kalo dia gak cari masalah duluan sama gue. Dia juga pukul temen gue!" bentak Sakti melirik Deo yang sudah tersungkur ke tanah.
"Lo nya aja yang bangsat!" sahut Deo tak kalah pedas mulutnya.
Sakti melongo. Sungguh manusia yang tidak punya otak. Karena dia geram, dia hendak memberikan sebuah pukulan lagi pada Deo yang masih setia ambruk di atas tanah, namun dalam hitungan detik seorang wanita cantik menghalangi tubuh Sakti.
Luna dengan wajah dipenuhi air mata yang berderai, langsung merentangkan tangan dan melihat tajam ke arah dua bola mata milik Sakti.
"Jangan sakitin dia Sakti!" teriak Luna menggema.
Sakti terkejut. Tangannya hampir saja akan memukul wajah Luna jika ia tidak cepat mengerem pergerakannya. Kini tangan Sakti hanya melayang di udara.
Dengan alis dinaikkan, Sakti melihat heran ke arah Luna.
"Kenapa lo di sini? Dan apa urusan lo sama dia?" tanya Sakti meneliti wajah Luna.
Luna mulai menurunkan rentangan tangannya dengan perlahan. Dia menundukkan kepala sebentar lalu mengangkatnya kembali.
"Sakti, kamu boleh bully aku tapi gak untuk sakitin dia," ucap Luna gemetar.
Sakti lebih terkejut mendengarnya. Apa ini? Kenapa Luna rela dirinya tersakiti demi melindungi lelaki ini?
Sakti menurunkan lengannya. Dia sekarang melihat wajah Luna dengan dingin.
"Apa hubungan lo sama dia?" tanya Sakti dingin.
Luna menatap wajah Sakti. Kini tatapan itu berubah menjadi tidak bisa ditebak kondisinya.
"Sakti... Dia--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...