BAB 39

1.1K 57 2
                                    

HALLO SEMUANYA APA KABAR?

YANG LUPA ALUR TENANG, BACAA JA LAGI DARI AWAL😂

OKE LANGSUNG AJA KITA BACA YAH

SEMOGA SUKA☺<3

###########

Terlalu sulit percaya saat marah. Terlalu sakit, berbicara saat tangis yang mengungkapkan luka.

###

Bimo sedang bersama Sasti. Terlihat aura sedih yang dipancarkan dari wajah gadis itu. Bimo rasanya ingin sekali bertanya, namun dirasa jika waktunya tidaklah bagus. Siapa sangka jika nanti Bimo terkena marah Sasti. Tidak lucu jika Bimo bertanya dan yang dia dapatkan adalah sebuah bogeman mentah dari wanita galak satu ini.

Sasti lagi-lagi melamun. Pikirannya kacau teringat sebuah kertas yang baru saja dia lihat tadi pagi. Ini tentang Luna, dan permainan semestanya.

Bimo dengan rasa gugup memberanikan diri bertanya, "Sas gue--"

"Jangan ngomong dulu Bim!" Sasti masih mempokuskan mata ke depan. Tidak ada niatan sedikitpun untuk menengok apalagi melirik wajah lelaki di sampingnya itu, yang jelas diketahui Sasti bahwa Bimo di sini, sedang menunggu Nila kekasihnya yang izin sebentar ke toilet. Ya, di sini lagi-lagi Sasti harus berpura-pura tegar, walau hatinya rapuh.

Bimo mengangguk paham, dia tidak melanjutkan ucapannya barusan. Namun matanya selalu mwncuri pandang kepada Sasti. Hatinya seolah menyuruh Bimo untuk bertanya, tentang ada apa gadis itu hari ini. Sifatnya yang pendiam kali ini bukanlah cerminan asli seorang Sasti.

Tidak lama dari itu, Nila duduk dan menyapa keduanya. Lebih tepatnya hanya Bimo saja.

"Sayang, maaf yah lama." Nila bergelantung manja di samping Bimo.

Bimo tersenyum sekilas sambil melirik ke arah Sasti yang sepertinya tidak sadar akan kedatangan Nila. Atau mungkin saja Sasti hanya berpura-pura tidak menyadarinya? Entahlah, hari ini sikap Sasti sungguh berbeda.

Untuk mencairkan suasana, Bimo pun bertanya pada Sasti, "Sas, si Luna belum sampe yah?"

Barulah saat itu juga kepala Sasti bergelak melirik ke samping. Ke arah mereka berdua, dan berhenti di wajah tampan milik Bimo.

Sasti baru teringat. Sungguh benar, pikirannya yang kacau membuat dia lupa akan Luna. Kemana gadia itu?

"Bim, serius Luna belum dateng?" tanya Sasti panik.

Bimo heran. "Lah, gue kira lo sadar tentang si Luna, eh lo gak sadar yah. Emang lo kenapa sih sampe lupa--"

"Bacot! Sakti mana? Udah sampe belum dia?" tanya Sasti geram.

Bimo menelan salivanya. Memang Sasti itu galak, tapi entah kenapa Bimo lebih suka Sasti yang cerewet dibandingkan dengan Sasti yang pendiam kaya tadi.

"Gue juga belum liat si Sakti tuh, heran juga. Tumben banget si Luna sama si Sakti belum nongol kan," ucap Bimo.

Sasti cemas, dia menggigit ujung kukunya sambil berjalan mondar mandir ke sana ke sini. Itu membuat Nila yang dari tadi diam, kini bersuara.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang