BAB 35

1.4K 76 7
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, itu waktunya untuk Sakti dan Luna juga segera pergi. Lihat saja, mereka kini sudah berada di parkiran sekolah menunggu kedatangan Sasti.

Sebenarnya, hanya Luna yang menunggu Sasti.

Luna melihat Sasti dari arah kejauhan, gadis itu terlihat berlari mendatangi Luna. Tak lupa sebuah ayunan tangan menyiratkan kebahagiaan atas sebuah pertemuannya.

"Luna, syukur deh lo gak papa. Oh iya, malam ini mampir ke rumah gue yu, kita bakar-bakar jag--"

"No! Luna mau jalan sama gue, oke," ucap Sakti memotong ucapan Sasti.

Sasti cemberut, dia melayangkan tatapan tajam pada Sakti. "Ganggu ae lo jadi orang!" teriaknya jengkel.

Sakti menggelengkan kepalanya. "Gak kebalik Neng? Bukannya lo, yang ganggu orang pacaran?"

Sasti semakin cemberut dibuatnya. Dan hal itu membuat Luna tertawa melihat ekspresi lucu sahabatnya.

"Kalian kalo ketemu berantem terus yah, kaya Tom and jerry," celetuk Luna membuat suasana menjadi hening.

Sasti dan Sakti sama-sama melongo. Tak habis pikir, jika mereka disamakan dengam kucing dan tikus.

"Iya tuh, si Sasti tikus, si Sakti kucing. Meoww ... Cit-cit!" teriak Bimo dari kejauhan dan hampir mendekat.

Bimo sudah berada di samping Sakti, lelaki itu merangkul bahu sahabatnya. Sambil bersenandung ria membuat suasana bertambah semakin membagongkan.

"Dasar kou Meong garong ... Cakar sini, cakar situ, cakar sana!" teriaknya mengubah lirik lagu.

Sasti menimpuk wajah Bimo dengan tasnya. "Salah lirik ege! Yang bener tuh, Dasar kou keong racun!"

Bimo meringis sambil melongo melihat wajah Sasti. "Nyeri lontong!"

Sasti memutar bola matanya. "Terus kalo lo sama Sakti, gue sama siapa dong!" kesalnya.

Bimo berdekham kecil. "Ekhem ... Aya Aa Neng. Bade kamana? Ka Korea Selatan, atawa ka Jepang?"

Sasti rasanya ingin muntah saat itu juga. "Mimpi lo ketinggian! Ogah gue jalan sama lo!"

Bimo menaik-turunkan satu alisnya. "Masa sih, tapi kok gue liat di dalam mata lo kaya ada ...."

Sasti dibuat dag-dig-dug oleh Bimo. Kenapa laki-laki itu sangat lama berbicara. Argh, Bimo kamvret!

"Ada apa sih!" tanya Sasti kesal.

Bimo tertawa kecil. "Nungguin ya ...."

Sudah cukup. Kesabaran Sasti sudah habis.

Tukh!

"Ngomong gak lo! Ada apa di mata gue!" teriak Sasti mulai menjitak kepala Bimo.

Bimo tentu saja mengaduh kesakitan. "Ampun-ampun, iya udah gue mau bilang nih. Jangan dijitak mulu napa si, dasar nenek lampir lo!"

Sasti berkacak pinggang di depan Bimo. Sedangkan lelaki itu malah berjalan pelan ke belakang. Posisi Bimo seperti ingin kabur dari bencana saja. Dan .....

"DI MATA LO ADA BELEK!" teriak Bimo menggelegar.

Sasti melotot. Kakinya yang cantik tanpa ada bekas luka apapun itu pun langsung saja berlari sekuat tenaga, demi mengejar lelaki yang barusan sudah mencoreng namanya.

Bimo kamvret!

Bisa-bisanya belek Sasti dijadiin bahan guyonan.

Ah betul-betul kamvret.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang