Sakti berdiri menghadap jendela. Hembusan angin malam menerpa wajahnya. Di langit sana, terdapat ribuan bintang menemaninya. Sinar bulan memantulkan cahaya pada ruangan kamar gelapnya. Sakti jadi suka kegelapan. Dia jadi suka bintang. Kata orang, orang meninggal akan menjadi bintang bukan? Sakti sedang mencoba mencari Luna di atas langit. Sakti suka malam, benci siang. Berharap malam akan mempertemukan Sakti dengan Luna yang berwujud bintang. Mungkin terdengar gila, tapi berharap tidak masalah bukan.Sakti menoleh ke arah meja belajar. Di sana ada kertas putih tergeletak di atas meja. Sakti ingat, seminggu lalu Sasti mengirimnya surat itu. Surat terakhir dari kekasihnya. Luna sang wanita kuat yang masih menjadi tokoh utama dalam cerita hidupnya. Sakti perlahan mendekati.meja dan duduk di sana. Matanya masih dalam keadaan pandangan kosong. Selama seminggu tidak ada kegiatan lain selain dia mendekam diri di kamar dan memperhatikkan foto-foto Luna yang dulu dia ambil. Juga... Boneka besar yang Luna bilang akan selalu dia peluk kalau datang ke kamarnya.
Sakti membaca surat itu. Dia membacanya hingga selesai.
Surat untuk Sakti.
Hallo Sakti, apa kabar?
Bagaimana keadaan Sakti sekarang?
Apa kamu baik-baik saja?
Apa Sakti bahagia?
Semoga Sakti baik-baik aja yah."Gue gak baik, gue serasa mau mati Lun, gue gak sanggup...."
Sakti ... Luna mau tidur yah.
Kalo lama tidurnya gimana? Sakti gak sedih kan, ya?
"Lo bohong waktu bilang gak akan tidur lama Lun. Kenapa lo gini sama gue Lun?"
Jangan susulin Luna ya, hidup Sakti masih panjang.
"Kenapa gak gue aja yang mati Luna!! Kenapa!!"
Kalo nanti Luna tidurnya lama, Sakti nanti jangan lupa untuk bangunin Luna, ya.
Jika Sakti udah baca surat ini, berarti Luna sudah benar-benar pergi. Luna pergi Sakti... Luna gak ada lagi. Luna sudah pergi untuk selama-lamanya.
Sakti jangan pernah salahkan diri Sakti atas perginya Luna. Sakti jangan nangis yah... Jangan jadi lemah ketika Luna udah gak ada di dunia.
Luna sudah tenang di sini Sakti.
Luna bahagia.
Jangan Nangis Sakti, Luna mohon... Jangan tangisin kepergian Luna. Jangan hilangin senyuman Sakti dari wajah itu.
Kebahagiaan Luna itu Sakti. Tapi, kebahagiaan itu harus rela Luna tinggalkan demi jalan takdir yang sudah diatur. Kebahagiaan selalu datang di akhir kisah seseorang, dan Luna bersyukur karena selama Luna hidup, kebahagiaan itu sudah datang lebih awal sebelum Luna pergi meninggalkannya.
Apa Luna juga kebahagiaan Sakti?
Relakan Luna pergi ya, Sakti.
Sakti... Sekarang Luna udah pergi. Gak akan ada lagi seorang anak perempuan pembawa sial. Gak akan ada lagi anak yang selalu membuat sial keluarga aku Sakti. Sakti, Luna pergi... Sakti jangan sedih.
Sakti... Kepala Luna sakit... Kepala Luna sangat sakit. Kepala Luna selalu sakit saat malam hari. Luna selalu nangis tiap malam. Luna selalu menahan sakit kepala ini, Sakti Kenapa rasa sakit itu selalu semakin kencang dan membesar? Kenapa Luna harus sakit sih Sakti?
Sakti, kamu adalah malaikat kiriman Tuhan buat Luna. Sakti adalah dewa pelindung Luna. Kamu itu sayangnya Luna. Kamu kesayangan Luna.
Sakti juga sayang Luna kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Ficção AdolescenteFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...