BAB 42

1.5K 68 0
                                    

42. Hampir terlambat

"Maaf karena terlambat, Luna."

***

Brugh!

"LO SENTUH DIA! GUE PASTIIN HIDUP LO BERAKHIR DI SINI!"

Pintu terbuka dengan lebar. Menampilkan sosok Sakti dengan rambut acak-acakan juga seragam yang sudah berantakan. Wajah Sakti kini terlihat sungguh sangat emosi. Semua amarah kini sudah berada dipuncaknya. Kalian sudah menebak bukan, apa yang akan terjadi pada Rangga setelah Sakti dengan jelas memergokinya sedang berusaha melecehkan wanita yang dia cinta. Habis kau Rangga.

Sakti dengan kaki jenjang melangkah dengan cepat menuju Rangga. Sakti menarik tubuh Rangga menjauh dari Luna, sementara itu kini Luna memungut tasnya dan bersembunyi di balik sebuah meja pendek  yang berada di sana. Tubuhnya gemetar menahan rasa takut yang sudah menjalar di seluruh tubuhnya. Sungguh saat ini perasaan Luna sedang bercampur aduk. Air mata tidak hentinya mengalir. Matanya melirik ke arah dua lelaki yang kini sibuk berkelahi. Luna di sana melihat Sakti bertubi-tubi memberikn pukulan pada Rangga. Tanpa adanya belas kasihan ataupun rasa kemanusiaan kali ini.

Bugh!
Bugh!
Bugh!

"LO BIKIN DIA TAKUT! ANJING!"

BUGH ... BUGH

"LO SENTUH DIA BANGSAT!"

"LO BIKIN DIA NANGIS BRENGSEK!"

"GUE BAKAL BIKIN LO NYESEL KARENA UDAH BERANI SENTUH DIA!"

BUGH
BUGH
BUGH

Semua tenaga Sakti kerahkan untuk membalas perlakuan Rangga si lelaki kurang ajar yang sudah berani menyentuh dan membuat Luna ketkutan, dia bahkan membuat Luna mennagis. Bajingan.

"LO BAKAL MATI DI TANGAN GUE!"

Emosi Sakti terlalu besar. Apalagi dengan kedua matanya sendiri dia melihat bagaimana kelakuan kasar Rangga yang tidak bisa diampuni ata pu diberi ksempatan menghirup udara kembali. Sakti bersumpah akan membuat lelaki ini nangis darah.

Benar, kini Rangga memegangi perutnya penuh dengan kesakitan. Dia berusaha melawan atau mennagkis setia pukulan yang Sakti layangkan. Namun sungguh, baru kali ini Rangga merassn bahwa tubuhnya terasas lemas tak berdaya. Kekuatan Sakti seolah kian detik meningkat dibanding sebelumnya. Rangga sepertinya mengambil tindakan salah, karena sudah berani mengusik Luna dan membuat permainan dengan seorang Sakti Arbastian.

"S-sorry, gue mohon maafin gue," lirih Rangga di sela-sela Sakti memberi pukulan bertubi-tubi dengan tiada henti.

Sakti menulikan telinganya. Seolah kini di depannya bukanlah manusia, melainkan seekor hewan hina yang harus dipunahkan sesegera mungkin. Sakti melihat Rangga bagaikan hewan yang harus dia hapuskan sekarang juga.

"SAKTI STOP UDAH! LUNA MAU PULANG AJA!" teriak Luna menarik kaos seragam milik kekasihnya tersebut.

Jika bukan karena Luna, maka saat ini juga Rangga akan habis ditangannya. Mungkin takir masih berpihak pada lelaki brengsek ini, sehingga mengirim Luna untuk menghentikan aksi Sakti untuk menghabisinya.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang