Jangan lupa votmen<3
______
"Banyak cara buat aku tetap bertahan Sasti, kasih sayang aku, cinta aku, rasa peduli aku terhadap mereka semua, selalu membuyarkan rasa sakit dalam hatiku. Aku gak akan sanggup melihat mereka bertiga menderita. Biarkan aku menderita diatas kebahagiaan mereka. Aku gak apa-apa, aku rela demi mereka semua."
"Ibuku Lana, namanya sama percia sepertiku. Tapi... Dia membenciku Sasti, dia selalu tidak mau melihatku, dia selalu saja memarahiku dan menjambak rambutku, jika aku bisa memilih pergi dari sana, aku akan melakukannya. Tapi... Surgaku ada ditelapak kakinya. Tidak mungkin aku akan meninggalkan surgaku. Aku sayang Bunda Sasti."
"Ayahku Wito, aku pintar karrna mendapat turunan darinya. Tapi... Setiap kali ada kekacauan perusahaan, Ayah pasti akan melampiaskan amarahnya padaku. Dia selalu menampar dan mencambukku menggunakan ikat pinggangnya. Tetapi, bukankah ayah adalah pahlawan bagi putrinya? Aku tidak mungkin meninggalkan pahlawan hidupku Sasti, jika aku pergi, siapa yang akan melindungiku?"
"Kakakku Deo, dia seorang kakak untuk Luna. Tetapi... Dia juga sering marah padaku. Dia sering menjambak rambutku atau menendang tulang kering kakiku. Sasti, bukankah kakak laki-laki akan melindungi adiknya sama seperti seorang ayah? Maka... Luna juga tidak akan mungkin mau meninggalkan dia. Karena apa? Karena Luna yakin suatu saat nanti, kak Deo akan mau melindungi Luna."
"Mereka hidup Luna. Jika Luna pergi, mungkin Luna akan mati."
🌑🌑🌑
Ayah Sasti menghampiri putrinya. Di terlihat sedang diam menyendiri di dekat kolam renang. Sepertinya sedamg melamun. Jika kalian tanya Luna dimana? Jawabannya dia sedang istirahat di kamar Sasti. Setelah satu jam bercerita dan menangis, gadis itu memutuskan untuk tidur sebentar katanya.
"Sasti, boleh ayah bertanya?"
Sasti mengusap air matanya. Iya cengeng, tapi tangisan ini tidak bisa ia pendam karena memang cerita hidup Luna sanhatlan menyakitkan bagi siapa saja yang mengetahuinya.
"Ayah, boleh kok."
Ayah Sasti duduk di samping putrinya. "Kamu menangis? Mengapa?"
"Ayah... Apa ayah percaya, ada seorang ayah di dunia ini yang tidak menginginkan kehadiran anak perempuan dalam hidupnya?"
"Jika ada, maka orang itu pasti gila," jawab Ayah Sasti terkekeh.
"Ayah percaya, kalo ada seorang ibu yang menganggap seorang anak lahir dengan titisan setan?" Sasti kembali bertanya.
"Jika ada, dia juga gila."
"Kalo ada seorang kakak, yang gak peduli sama pe deritaan adiknya, apa Ayah kuga percaya?"
"Maka dia juga gila seperti ibu dan ayahnya."
Merasa ada keganjalan, Ayah Sasti memgelus rambut putrinya.
"Sasti, anak atau bayi dalam hidup sepasang suami istri adalah harta dari Tuhan. Dia merupakan malaikat titipan Tuhan. Dia anugerah besar. Jika ada orang tua yang malah tidak menginginkan kelahirannya, maka... Kita pantas menyebut mereka gila."
"Ayah... Luna... Dia... Orang tuanya...."
Sasti langsung memeluk tubuh Ayahnya dari arah samping. Meluapkan kesedihan yang ia pendam. Jika Sasti bisa sedih seperti ini? Bagaimana bisa, Luna bertahan selama bertahun-tahun dalam hidupnya dengan keadaan keluarga yang jahat? Sasti tidak akan pernah bisa tau, bagaimana bisa Luna bertahan sekuat itu? Kenapa hati dan batinnya sangat kuat menerima caci maki keluarganya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...