BAB 8

1.8K 121 4
                                    

Pahlawan di dalam hidup seorang putri, tak lain ialah seorang ayahnya. Namun... Kenapa dalam kehidupanku berbeda dengan perempuan lainnya?

•~•












🌕️🌕️🌕️

"Luna! Kenapa nama kamu ditulis dengan pulpen merah? Apa kamu tidak mengerjakan tugas?"

Luna menunduk. Dia di panggil ke ruang guru, sedang ditanyai oleh Pak Nanto sang guru mapel Ekonomi.

"P-pak... Sebenarnya saya ikut mengerjakan, tapi...."

Pak Nanto menunggu kelanjutan ucapan Luna. Terlihat ekspresi ketakutan di wajah gadis cantik ini.

"Ada apa Luna? Apa ada yang mengancam kamu?" tanya Pak Nanto kasihan.

Luna menengok kiri dan kanan. Seperti tengah mencari keberadaan seseorang. Saat di rasa sudah aman, Lunapun menatap Pak Nanto lekat.

"Pak, Widia...."

⚫️⚫️⚫️

Brak!

Wito memukul lemari dengan keras. Lagi-lagi, perusahaan 'Wito Kencana' kalah saing. Wito benar-benar mendadak jadi gila karenanya.

"Kenapa kita kalah lagi! Kalian itu becus dong kalo kerja!" bentak Wito pada karyawan kantornya.

Seorang wanita menunduk takut. Dia sekertaris Wito, dan saat ini dia sangat ketakutan melihat amarah bos nya. Takut, jika dia akan di salahkan. Padahal, ini murni karena perusahaan Wito tidak mempersiapkan presentasi lebih dulu. Makanya, mereka kalah ya karena tidak ada persiapan terlebih dahulu. Di tambah lagi, karena sekarang Wito sangatlah super sibuk, banyak cabang perusahaan yang sedang ia kelola juga pegang. Maklum, Wito pewaris tunggal keluarga Kencana, yaitu sang mendiang ayahnya.

"M-maaf pak... Kami sudah melakukan yang terbaik, tetapi... Karena faktor kurang persiapan, perusahaan kita kalah lagi Pak," ucap wanita itu gemetar.

"Kamukan sekertaris saya, harusnya kamu bisa urus semuanya. Butuh uang atau tidak kamu hah! Kerjaan gak becus semua!" bentak Wito emosi.

Wanita itu menunduk. "Maafkan saya Pak...."

"Kamu saya pecat!" bentak Wito untuk yang kesekian kalinya.

Wanita itu terkejut. Dia kaget dengan keputusan Wito. Dengan cepat ia beejongkok dan memegang kaki Wito, meminta ampunan.

"Tolong Pak, jangan pecat saya... Saya butuh pekerjaan ini. Anak saya sedang sakit, saya mohon...."

"Keputusan saya sudah bulat. Kamu di pecat! Silahkan angkat kaki dari perusahaan 'Wito Kencana'!"

Banyak karyawan yang terdiam takut melihat kejadian di sini. Tidak ada seorangpun yang berani menentang keputusan Wito.

Wito pergi dari sana. Menuju ke ruangan khusus miliknya. Berdiam diri mereda amarah yang tinggi.

"Pasti ini, ada sangkut pautnya sama anak sialan itu! Luna... Siap-siap saja kamu," lirih Wito dengan segala kekesalannya.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang