“Apakah, kamu malaikat yang di kirim Tuhan untuk ku?”
•~•
🌕️🌕️🌕️
Luna membereskan beling piring yang Wito jatuhkan tadi. Dia membereskannya dengan sangat teliti, takut ada sisa beling yang tertinggal dan akan membuat orang lain terluka karenanya.
Belum berganti pakaian. Luna masih memakai seragam sekolahnya. Karena kejadian tadi... Berlangsung saat ia baru saja sampai ke rumah besar ini.
Sudah selesai dengan pekerjaan itu, Luna segera berjalan ke arah kamar untuk mengganti pakaian dan bergegas membereskan seluruh rumah lagi.
***
Malam pun datang. Luna dengan baju piyama pink sedang diam santai sembari mengerjakan tugas Ekonominya. Luna sangat antusias mengerjakan soal-soal tugas ini. Luna harus dapat nilai bagus pokoknya.
Belum lama Luna bergulat dengan soal-soal, sebuah teriakan kencang membuyarkan konsentrasinya dalam belajar.
"LUNA! SINI KAMU!"
Luna kaget. Dia buru-buru keluar kamar dan berjalan ke arah ruang keluarga. Di sana, Lana, Deo dan Wito sama-sama sedang melirik ke arah Luna dengan tatapan yang tajam.
Lana mendekat. Luna takut karenanya, ia memilih untuk menunduk.
"K-kenapa Bunda?" tanya Luna.
"Kami mau pergi. Kamu jaga rumah baik-baik, jangan sampe ada maling masuk. Inget yah, jagain rumah!" tegas Lana.
Luna mengangguk. "I-iya."
"Bagus."
Lana dan yang lainnya hendak berjalan pergi, namun dengan keberanian, Luna pun menghentikan mereka.
"Bunda, Papah, Kak Deo... Kalo boleh tau, kalian mau pergi ke mana?" tanya Luna gugup.
Lana menaikkan satu alisnya. "Urusan kamu dengan kami apa? Sudahlah, masuk saja sana. Jangan ikut campur urusan kami."
Lana berjalan pergi. Melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
Luna menunduk. "Kapan yah... Luna ikut gabung pergi sama kalian... Luna ingin sekali...."
🌑🌑🌑
"Bagus Luna. Nilai kamu tertinggi di kelas ini. Pertahankan itu," ucap Pak Nanto bangga.
Luna mengangguk. "Terima kasih Pak," balas Luna tersenyum.
"Silahkan kamu duduk kembali," titah Pak Nanto.
Luna mengangguk, dan pedgi berjalan kembali ke arah bangkunya. Namun, situasi mengenaskan menimpa Luna lagi.
Brukh!
Luna tersungkur jatuh. Sebuah kaki menghalangi langkahnya.
"Ups... Sorry, gue gak sengaja," ucap Widia menutup mulutnya.
Sakti yang melihat itupun terkejut. "Kaki lo kaya jalangkung Wid. Datang gak di undang," semburnya menatap Widia tajam.
Wida reflex menatap Sakti. Dia tak percaya, jika Sakti akan mengatakan hal itu. "Apa sih lo. Pake ngatain gue jalangkung segala."
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...