Tujuh belas tahun yang lalu, tahun 2021.
***
Sedari jam istirahat pertama, para murid perempuan sangat asyik menonton kegiatan yang menjadi favorit mereka. Apalagi kalau bukan pemotretan untuk keperluan sekolah yang dilakukan oleh para murid kebanggaan.
"Gila, pantas dia disebut pangeran. Emang pangeran, gak ada lawan."
"Setuju, apalagi kalau lagi pemotretan gini. Meleleh hati eneng abang."
"Cocok juga sih disandingin sama yang ceweknya."
"Katanya mereka teman dekat."
"Pacaran?"
"Enggak, teman dari kecil."
"Mereka juga satu kelas kan?"
"Iya, siapa sih yang gak tau sama kelas mereka."
"Kelas unggulan, siswa unggulan, ikonnya sekolah, kebanggaan guru. Jangan pengen samain sama kita, mereka itu next level."
"Liat tuh, rambut ketiup angin aja ganteng."
"Pingsan gue."
Begitulah sekiranya obrolan para murid perempuan yang sedang terkagum-kagum. Walau harus panas-panasan atau berdiri tapi tetap mereka lakukan.
Pemotretan itu dilakukan di indoor maupun outdoor, dan saat ini sedang berada dekat tempat yang biasa dilakukannya upacara bendera.
Tiba-tiba ditengah kerumunan itu, muncul empat orang dengan gaya pakaian diluar aturan sekali tapi auranya tidak ada yang bisa menandingi.
Keempat orang itu terdiri dari dua murid laki-laki dan dua murid perempuan. Saat mereka berjalan bersama, otomatis kerumunan itu langsung terbelah, seakan-akan secara sukarela memberikan jalan.
"Ah kenapa mereka harus lewat sini?"
"Liat lah, serasa model lagi catwalk kali ya."
"Eh tapi emang sih mereka keren."
"Lo bilang keren? mereka sering masuk ruang BK."
"Buat gue sih yang penting ganteng, tuh liat yang cowok kayak bule itu. Gue ngerasa kecepetan lahir."
"Ada yang bilang justru mereka sering nolongin yang lemah."
"Mereka? jangan becanda. Penampilannya aja gitu."
"Lo tau kan rumor sekolah kita, kasus bullying juga banyak cuma gak ke up aja."
"Apa hubungannya sama mereka?"
"Mereka sering nolongin yang dibully tapi ujung-ujungnya masuk BK."
"Loh?"
"Jangan salah, mereka jago bela diri semua. Kalau udah ketauan kelahi pas lagi nolongin, mereka juga yang kena sanksi karena gak bisa tuh lawan para anak emas sekolah ini."
"Ngeri deh."
"Eh ko mereka berhenti disitu?"
Keempat orang yang dibicarakan itu berhenti ditengah-tengah kerumunan, melihat ke arah yang sedang pemotretan.
"Ice prince? Oh!"
Ucap salah satu murid perempuan berambut pendek itu sembari tersenyum miring dan memangku kedua tangannya di dada.
"Berasa artis kali ya, banyak yang nonton," timpal murid perempuan satunya.
"Cowok kayak gitu dibilang pangeran? ahaha lucunya," pungkas murid perempuan berambut pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...