Jaemin memarkirkan mobilnya di depan gerbang, lalu setelahnya ia dan Lia turun bersama. Mereka berdua sudah sampai di rumah Lia.
"Mau mampir dulu?"
"Maaf ya sayang aku harus pulang cepet malam ini, lain kali ya," balas Jaemin sembari tersenyum.
Lia hanya diam bahkan wajahnya tidak berekspresi apa-apa, ia menjadi terbawa suasana setelah panggilan telepon dari Sarah itu.
"Sayang kamu kenapa? Kok melamun?" tanya Jaemin sembari mengusap rambut Lia.
"Oh, ah..aku...aku gapapa kok."
"Mungkin kamu kecapean, nanti langsung istirahat ya."
"Jaemin."
"Iya sayang."
"......"
"Kenapa sayang?"
Lagi-lagi Lia terdiam, hatinya berteriak namun lidahnya kaku. Jadi ia tidak bisa berbicara apa-apa.
"Gapapa, kamu hati-hati ya pulangnya."
"Iya sayang."
Setelah berkata begitu, Jaemin sempat mengusap rambut Lia sebelum ia masuk ke dalam mobilnya. Lia sempat melambaikan tangannya pada Jaemin sebelum mobil pacarnya itu melaju pergi.
Lia menghembuskan nafas beberapa kali lalu berjalan masuk menuju rumahnya dengan perasaan sedih dan bingung. Pernahkah kalian berada di posisi saat kalian tahu orang yang kalian sayang ternyata mengkhianati mu namun kalian tidak bisa berbuat apa-apa? Bahkan untuk sekedar menanyakan kebenarannya pun sulit, alasannya karena takut kehilangan. Begitulah yang dirasakan oleh Lia saat ini.
.
.
.
"Untung saja Heeseung segera dibawa ke rumah sakit karena ada satu bagian luka tepat di lambungnya, kalau tidak segera ditangani bisa fatal. Untuk saat ini, perawatan intensif akan kami lakukan. Kalau begitu kami permisi," ucap seorang dokter yang sudah menangani Heeseung.
Kini dokter itu beserta dua perawat, sudah keluar dari kamar inap Heeseung. Di dalam ruangan ada kedua orang tua Heeseung, Younghoon, Asahi dan Ryujin.
"Dek yang sabar ya, Heeseung pasti lekas pulih," ucap Younghoon sembari mengusap punggung ibu Heeseung, atau adik kandung Younghoon.
Sedari operasi siang tadi ibu Heeseung terus menangis, ia sedih dan tidak menyangka ada orang yang tega berbuat itu pada anaknya.
Mereka juga sudah melaporkan pada polisi dan tim detektif sudah memeriksa tempat kejadian perkara. Namun karena tempat tersebut jauh dari akses warga dan tidak adanya kamera cctv, sulit untuk mendapatkan bukti yang kuat. Sehingga untuk saat ini harus menunggu kondisi Heeseung pulih untuk memberikan kesaksian.
"Kalian beneran gak tau siapa mereka?" tanya ayah Heeseung serius pada Asahi dan Ryujin.
"Enggak om, sebelumnya kami memang mengikuti mereka namun kami terkena macet. Saat sampai di tempat kejadian, Heeseung sudah terluka," balas Asahi menjelaskan.
"Maafkan kami om."
"Tidak apa, jangan meminta maaf. Bukan salah kalian, justru kami berterima kasih kalian sudah sigap membawa Heeseung ke sini."
Asahi dan Ryujin mengangguk namun setelahnya hanya saling diam saja. Mereka merasa bersalah dan menyesal membiarkan Heeseung pergi sendirian. Lalu mengapa Asahi dan Ryujin mengikutinya?
Jadi begini, selain Heeseung yang ada di cafe itu, Asahi dan Ryujin juga ada di sana tepatnya mengawasi di dalam mobil. Namun ternyata mereka harus kecolongan karena tidak melihat gerak gerik seseorang yang mencurigakan dan seperti yang dibilang Asahi, saat Heeseung bertemu di tempat kejadian dengan orang yang mengirimkan pesan lewat kertas itu, di perjalanan mereka terkena macet.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...