Siang ini adalah jam pelajaran olahraga bagi kelas Ryujin, semua siswa sudah berkumpul di lapangan sepak bola karena akan melakukan lari estafet. Di samping lapang sepak bola juga terdapat lapangan voly dan untuk lapangan basket berada di indoor yang memiliki tempat sendiri.
Setiap anak sudah mendapatkan giliran secara bergantian dan kini saatnya untuk Ryujin. Ia berlari dengan dua murid lainnya. Setelah berlari, Ryujin menepi untuk istirahat. Ia duduk di samping Somi, Somi sendiri sudah berlari di urutan awal.
"Lo liatin siapa sih Jin?"
"Binka Som."
"Emang dia kenapa?"
"Lo gak liat kalau semenjak polisi dateng ke sini dia selalu keliatan cemas."
"Lo bener juga sih, dia sampe gak fokus gitu."
Binka yang dipanggil untuk berlari hanya diam saja sampai dipanggil beberapa kali pun tidak menyahut dan setelah tersadar pun bukannya berlari tapi malah pergi dari lapangan tanpa izin pada guru olahraga.
"Dia kayaknya nyimpen sesuatu soal penyerangan Heeseung."
"Ah makin rumit aja, pusing gue," keluh Somi frustasi.
Bukan hanya Somi, jelas Ryujin lebih frustasi. Ia juga merasa kalau orang-orang di sekitarnya semakin terlibat masalah dan Ryujin ingin segera mengakhiri masalah tersebut.
Setelah jam olahraga selesai, kini semua siswa sudah berjalan kembali menuju kelas masing-masing yang nantinya akan bergantian untuk mengganti pakaian olahraga dengan seragam sekolah.
Saat melewati koridor yang berada di samping lapangan basket tiba-tiba bola basket melayang dan mengenai kepala Ryujin. Gadis ini memegangi kepalanya kemudian menghembuskan nafas kesal sembari melihat pada orang yang sudah melempar bola tersebut.
"Kepala lo kuat juga ya, bisa lah kapan-kapan gue lempar lagi," ucap seorang murid laki-laki yang melempar bola itu.
Ryujin tidak menanggapi murid itu dengan perkataan melainkan memberikan kode dengan jari telunjuknya.
"Lo mau gue ke sana? Oke," ucap murid itu lagi.
Murid laki-laki itu bersama tiga temannya sudah mendekat pada Ryujin. Ryujin sendiri masih ditemani oleh Somi.
BUG – Ryujin melempar bola basket itu langsung ke perut murid laki-laki itu dengan kencang sehingga menyebabkan murid itu mundur beberapa langkah.
Setelahnya, Ryujin berjalan lebih mendekat dan setelah berada di depan murid itu ia menangkis kedua lutut murid itu bergantian sehingga kini sudah berlutut di hadapan Ryujin. Bola basket itu diambil kembali oleh Ryujin kemudian ia berjongkok di hadapan murid tersebut.
"Ups dikit lagi," ucap Ryujin sembari mengarahkan bola basket itu di samping kepala murid itu dengan mengayunkannya seolah-olah akan melemparkan ke kepalanya.
BUG – kini bola basket itu dilempar ke tangan murid itu beberapa kali dan menyebabkan murid itu hampir saja terbaring.
"Gue gak tau apa maksud lo lempar bola kayak tadi. Tapi lo salah kalau gue takut sama elo. Ini baru peringatan, kalau lo ngajak ribut lagi lo bakalan tau akibatnya."
Setelah berkata begitu, Ryujin dan Somi mulai berjalan pergi meninggalkan murid itu yang sedang kesakitan.
.
.
.
Asahi dan Jaehyuk hendak pergi ke kantin, saat ini adalah jam istirahat kedua. Namun saat keduanya melewati Lorong terlihat kerumunan di depan toilet wanita. Murid di kerumunan membicarakan soal pintu yang tidak bisa terbuka sampai nama seseorang, Ryujin.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...