Kegiatan class meeting yang rencananya diadakan setelah ujian tengah semester itu tertunda karena kasus penyerangan yang dialami oleh Heeseung. Awalnya akan tetap dilaksanakan namun semua panitia sepakat untuk menunggu Heeseung pulih, hal itu sebagai bentuk simpati mereka pada Ketua OSIS sekaligus penanggungjawab kegiatan.
Omong-omong soal kasus penyerangan Heeseung, sedari pagi polisi dan detektif sedang berada di sekolah. Mereka melakukan investigasi dan tanya jawab pada seluruh siswa karena siapa tahu pelaku itu berasal dari orang sekitar Heeseung.
Murid-murid di kelas Ryujin sudah diperiksa satu persatu dan detektif itu sudah keluar dari kelas. Semua orang langsung sibuk membicarakan kasus ini, seluruh penjuru sekolahpun tahu dan mereka menjadi was-was.
"Dia kenapa ya?" ucap Ryujin dalam hatinya. Sedari tadi ada yang mengganggu penglihatannya dan itu berasal dari temannya, Binka.
Binka yang duduk lebih depan di bandingkan meja Ryujin membuatnya mudah terlihat. Gadis itu tidak bisa diam sedari tadi, pandangannya melihat sekitar seperti orang cemas. Tak lama Binka bangun dari duduknya dan keluar dari kelas. Hal itu dilihat oleh Ryujin dan ia langsung mengejar Binka.
"Jin lo mau kemana?"
Pertanyaan Somi tidak dijawab oleh Ryujin, ia hanya fokus untuk menyusul Binka. Ryujin sengaja tidak memanggil karena temannya itu pasti akan menghindar jadi ia hanya fokus mengikuti. Hingga kini sudah berada di taman belakang.
"Binka."
Binka membalikkan badannya dan ia terkejut karena sudah ada Ryujin di sana, ia sempat akan pergi namun langkahnya ditahan oleh Ryujin.
"Gue mau ngobrol sama lo, gue mohon kali ini aja," ucap Ryujin sembari melepaskan genggaman tangannya di lengan Binka.
"Lo kenapa? Gue perhatiin dari kelas lo keliatan cemas gitu. Ada apa?"
"Bukan urusan lo, gue gapapa."
"Lo yakin? Badan lo getar, muka lo pucet. Semenjak kedatangan detektif ke kelas kita sikap lo jadi berubah. Sebenernya ada apa?"
"Gue bilang kalau gue gapapa Ryujin. Gue juga gak terlibat sama kasus Heeseung."
"Sebentar, terlibat? Bahkan gue gak bilang kalau lo terlibat atau enggak sama kasus ini dan lo malah ngomong duluan. Berarti lo ada hubungannya? Cerita sama gue Bin."
Binka memalingkan wajahnya, ia tidak sanggup melihat Ryujin. Terlihat juga dari ekspresinya kalau ia seperti salah tingkah karena sudah bicara keceplosan.
"Enggak, lo salah denger aja."
"Binka," Ryujin memegang pundak Binka.
"Gue mohon Bin kalau iya lo terlibat kasus ini, lo gak bisa diem aja. Mau lo ada di pihak mereka atau bukan, lo harus tetap cerita. Mereka gak pantes buat dibela. Satu lagi, apa mereka itu Reza sama Sarah?"
Pertanyaan itu refleks membuat Binka menatap Ryujin dan dari sikap itu Ryujin semakin yakin kalau Binka memang terlibat.
"Ini ulah mereka? Lo diem aja karena diancam lagi? Mereka bilang apa? Gue mohon cerita sama gue."
"Gue...gue gak bisa cerita Jin," balas Binka lirih dan kini ia menundukkan kepalanya.
"Binka liat gue sekarang," perkataan Ryujin diikuti oleh Binka, gadis ini sudah menatap Ryujin kembali.
"Kalau lo diem terus, kapan kasus ini selesai? Udah cukup korbannya berhenti di Heeseung, jangan ada lagi korban-korban lain yang mereka itu gak salah sama sekali. Lo ngerti kan maksud gue Bin."
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...