Seperti biasa saat jam istirahat pertama adalah waktunya bimbingan belajar, namun sudah sepuluh menit dan Ryujin belum juga datang ke perpustakaan.
"Tumben," ucap Asahi dalam hatinya.
Asahi masih sabar menunggu hingga kini sudah dua puluh menit berlalu tapi Ryujin masih belum datang.
Akhirnya Asahi membawa kembali buku dan alat tulisnya, ia keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju kelas. Saat melewati kelas Ryujin, ia sempat melihat kelas gadis itu.
"Gak masuk sekolah? masih sakit?" ucap Asahi dalam hatinya lagi.
Asahi menghentikan langkahnya tepat di depan kerumunan murid perempuan dan itu membuat mereka histeris dan salah sangka.
"Kenapa lo jadi mikirin dia sih Sa," lanjut Asahi dalam hatinya sembari sedikit mengacak rambutnya.
Para murid itu kembali histeris melihat Asahi memainkan rambutnya. Namun ia tidak memedulikan para murid perempuan tersebut dan ia kembali berjalan menuju kelasnya.
.
.
.
"Aduh itu sepatu dimana coba, gue yakin pasti masih ada di sekolah."
"Lo yakin ada yang sengaja lakuin itu biar lo terjebak di ruang musik Jin?"
"Iya Som, gue yakin banget. Ya kali ada yang mau maling sepatu gue gitu?"
"Apa Reza lagi?"
"Ya ampun gak elit banget kalau emang dia pelakunya."
"Iya juga sih, lo lagi ada masalah sama siapa akhir-akhir ini?"
Ryujin terdiam seraya memikirkan kira-kira siapa orang yang sedang bermasalah dengannya.
"Hmm... gak ada, terakhir cuma sama Sarah."
"Berarti dia?"
"Gue gak yakin. Dia ketakutan ko pas gue gertak waktu itu, jadi gak mungkin."
"Ya udah balik aja, bentar lagi masuk nih."
"Oke."
Sedari tadi mereka berkeliling mencari sepatu Ryujin. Kini keduanya sudah berjalan pergi dan saat melewati halaman belakang sekolah, Ryujin melihat seseorang yang ia kenal.
"Jin lo mau kemana?"
Somi kebingungan tapi ia tetap mengikuti Ryujin. Sampai akhirnya, Somi kaget melihat apa yang ada di depannya sekarang.
"Binka?" pekik Somi terkejut.
Somi langsung berlari ke arah Binka, sedangkan Ryujin langsung melabrak orang yang sudah membuat Binka babak belur. Siapa lagi kalau bukan Sarah dan Reza.
"Sekarang terbukti kan kalau lo itu munafik Sarah."
Ryujin menarik kerah seragam Sarah, namun anehnya Reza tidak melerainya. Ryujin juga terus menyudutkan Sarah hingga tubuh gadis itu sudah menempel pada tembok.
"Lo bukan cuma munafik tapi juga iblis," umpat Ryujin lagi.
Sarah tidak melawan sama sekali, ia hanya pasrah diperlakukan seperti itu sedari tadi namun ia tersenyum menyeringai pada Ryujin.
"Lo harus tanggungjawab."
"Emang lo punya bukti?"tanya Sarah santai.
"Binka bisa cerita semuanya."
Lagi-lagi Sarah tersenyum menyeringai, itu membuat Ryujin tambah kesal dan tanpa Ryujin sadari, ia hampir saja akan menampar Sarah sampai akhirnya terdengar suara seseorang yang menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...